Harga Minyak Lesu Tertekan Prospek Permintaan Eropa Dan USA Yang Suram
Saturday, October 17, 2020       08:51 WIB

Ipotnews - Harga minyak turun tipis pada hari Jumat, terseret oleh kekhawatiran bahwa lonjakan kasus COVID-19 di Amerika Serikat dan Eropa akan terus menyeret permintaan di dua wilayah konsumen bahan bakar terbesar di dunia tersebut.
OPEC plus kelompok Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, khawatir gelombang kedua pandemi yang berkepanjangan dan lonjakan produksi Libya dapat mendorong pasar minyak menjadi surplus tahun depan, menurut dokumen rahasia yang dilihat oleh Reuters. Ini adalah pandangan yang jauh lebih suram dibandingkan sebulan yang lalu.
Minyak mentah berjangka Brent turun 23 sen ke harga USD 42,93 per barel dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 8 sen menjadi USD 40,88 per barel.
"Kenyataannya adalah kita sekarang melihat penyebaran pandemi yang cukup aktif di seluruh Eropa dan menyebar lagi di Amerika Utara, dan itu berpotensi akan membebani pemulihan permintaan minyak," kata Lachlan Shaw, kepala penelitian komoditas di National Bank of Australia.
Beberapa negara Eropa menghidupkan kembali jam malam dan lockdown untuk melawan lonjakan kasus baru virus korona. Inggris memberlakukan pembatasan COVID-19 yang lebih ketat di London pada hari Jumat.
Panel pejabat dari OPEC plus yang disebut Komite Teknis Bersama, membahas skenario terburuk selama pertemuan bulanan virtual pada hari Kamis. Itu melibatkan persediaan komersial dari konsumen utama dunia yang tetap lebih tinggi dari pada rata-rata lima tahun pada tahun 2021, bukannya jatuh di bawah angka itu.
Komite Pemantau Bersama Kementerian ( JMMC ) kelompok itu, akan mempertimbangkan prospek saat bertemu pada hari Senin. JMMC dapat membuat rekomendasi kebijakan.
Di Amerika Serikat, perusahaan pengebor mulai menambahkan rig minyak sejak memotongnya ke level terendah dalam 15 tahun pada bulan Agustus. Minggu ini, mereka menambahkan rig minyak terbanyak dalam seminggu sejak Januari, meningkatkan jumlah tersebut 12 menjadi 205, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
(reuters/cnbc)

Sumber : admin