Harga Minyak Tergelincir Didorong Prospek Kembalinya Pasokan Libya
Tuesday, June 30, 2020       13:57 WIB

Ipotnews - Harga minyak tergelincir, Selasa, karena para pedagang mengambil keuntungan setelah kenaikan tajam di sesi sebelumnya dan BUMN minyak Libya menandai kemajuan dalam pembicaraan untuk melanjutkan ekspor, yang berpotensi meningkatkan pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman September, patokan internasional, turun 24 sen, atau 0,6%, menjadi USD41,61 per barel pada pukul 13.10 WIB, memangkas penguatan Senin sebesar 92 sen, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Selasa (30/6). Kontrak Brent untuk perngiriman Agustus, yang berakhir Selasa, berkurang 24 sen menjadi USD41,47 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Taxas Intermediate, melemah 33 sen, atau 0,8% menjadi USD39,37 per barel.
"Kedua kontrak (patokan minyak mentah) itu menurun moderat hari ini, didorong oleh aliran  profit-taking  setelah sesi New York yang kuat," kata Jeffrey Halley, analis OANDA.
Kasus virus korona terus meningkat di negara bagian AS sebelah selatan dan barat daya, tetapi pertumbuhan yang kuat dalam  pending home sales  Amerika mendukung optimisme bahwa permintaan bahan bakar global meningkat.
"Sangat sulit untuk mengatakan bahwa permintaan berada dalam jalan satu arah. Masih ada banyak risiko pada kedua arah," kata Vivek Dhar, analis Commonwealth Bank of Australia.
Pasar akan mencari lebih banyak tanda-tanda pemulihan permintaan dalam data kelompok industri American Petroleum Institute yang dirilis Selasa, dan Badan Informasi Energi, Amerika, sehari berselang.
Jajak pendapat pendahuluan  Reuters  menunjukkan analis memperkirakan stok minyak mentah AS turun dari rekor tertinggi pekan lalu dan persediaan bensin menyusut untuk minggu ketiga berturut-turut.
Di sisi penawaran, investor mencermati apakah Libya, yang dapat memproduksi sekitar 1% pasokan minyak global, dapat melanjutkan ekspor, diblokade sejak Januari di tengah perang saudara.
National Oil Corp (NOC) Libya, Senin, mengatakan pihaknya membuat kemajuan dalam pembicaraan dengan negara-negara tetangga untuk mencabut blokade tersebut.
Data produksi industri Jepang yang lemah juga membebani sentimen pasar, memperkuat prospek pemulihan permintaan bahan bakar yang mengalami tekanan.
Tetapi data pabrik China yang lebih kuat dari perkiraan, dan penurunan ekspor minyak di Irak pada periode Juni membantu mengurangi kerugian yang lebih besar. (ef)

Sumber : Admin