Harga obligasi sudah naik tinggi, efek pemangkasan suku bunga terbatas
Monday, November 23, 2020       18:53 WIB

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan secara teori akan memberi dampak positif kepada instrumen berpendapatan tetap seperti surat utang. Seperti diketahui, pekan lalu Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan dari 4% menjadi 3,75%.
Namun, teori tersebut menurut Direktur Panin Asset Management Rudiyanto justru tidak akan memberi hasil yang maksimal pada kondisi saat ini. Menurutnya, dengan harga obligasi yang sudah naik cukup tinggi belakangan ini akan membuat efek pemangkasan suku bunga ke reksadana pendapatan tetap tidak akan optimal.
"Sementara ke depannya peluang positif untuk reksadana pendapatan tetap masih ada. Hanya saja cenderung lebih terbatas karena pada tahun depan akan lebih mengandalkan kupon daripada  capital gain ," ujar Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Senin (23/11).
Rudiyanto menjelaskan, Panin AM belum menyiapkan strategi khusus untuk meracik portofolio reksadana pendapatan tetap. Pihaknya masih akan menggunakan kombinasi antara obligasi korporasi dan pemerintah sesuai kebijakan. Jadi akan ada reksadana pendapatan tetap yang memiliki porsi lebih besar pada obligasi pemerintah, ada yang pada korporasi, maupun yang berimbang.
Sedangkan Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf optimistis pasar obligasi masih akan tetap menarik. Dimas menilai Indonesia masih lebih menarik dibanding  peers , lalu dikombinasikan dengan nilai tukar rupiah yang stabil akan membuat investor asing melirik Indonesia. Jadi investor asing yang semula hati-hati akan segera masuk, dan yang sudah masuk, akan memperpanjang durasi portofolio mereka.
"Bank Indonesia kan kemarin sudah memangkas suku bunga acuan menjadi 3,75%, dan tidak menutup kemungkinan masih terdapat ruang untuk pemangkasan kembali, tentu ini jadi sentimen positif dan disambut baik oleh investor," kata Dimas.
Sucorinvest AM sejauh ini cenderung masih melihat perkembangan pasar obligasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk meracik portofolio. Dimas cukup yakin, pasar saat ini berpotensi masih berada dalam tren  bullish . Selain itu, pada tahun depan ia juga melihat tren hubungan harga dan  yield  terbalik masih akan terjadi, artinya dari sisi harga masih terapresiasi, sementara  yield  terus turun.
"Kondisi pasar sebenarnya dapat dikatakan masih cukup volatile, sehingga Sucorinvest mengedepankan manajemen aktif dan kehati-hatian untuk mengimbangi volatilitas saat ini. Dengan rally yang terjadi saat ini, kemungkinan manajemen durasi kami jadi lebih aktif dari biasanya," tambah Dimas.
Dimas memperkirakan pada tahun depan  yield  seri acuan 10 tahun akan berkisar pada rentang 5,7%-5,8%. Ia optimistis kinerja reksadana pendapatan tetap Sucorinvest AM bisa  outperform  2%-3% dari imbal hasil yang ditawarkan seri  benchmark  tersebut. Sedangkan Rudiyanto memperkirakan imbal hasil reksadana pendapatan tetap tahun depan bisa 5%-8%. Namun dengan syarat imbal hasil pada tahun ini bisa berada di kisaran 8%-10%.

Sumber : KONTAN.CO.ID