IHSG Masuk Siklus Bullish Baru?
Sunday, October 17, 2021       17:15 WIB

Ipotnews - Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan pekan ini, Jumat (15/10), dengan mencatatkan kenaikan tipis IHSG , sebesar 0,11% menjadi 6.633, namun naik singnifikan dibanding penutupan pekan sebelumnya di level 6.481. Investor asing membukukan pembelian bersih ekuitas sebesar USD277 juta dalam seminggu terakhir.
PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi pergerakan dana di pasar modal dalam dan luar negeri, antara lain;
o Update Covid; pemberian vaksinasi Covid-19 hingga akhir pekan ini telah mencapai 6,6 miliar dosis yang mewakili 2,8 miliar populasi, atau 36,1% jumlah penduduk global. Indonesia telah memberikan 165 juta dosis untuk 60 juta yang divaksinasi lengkap, atau 22% dari total populasi.
o Risalah rapat September FOMC AS menunjukkan bahwa pejabat Federal Reserve secara luas setuju untuk mulai mengurangi dukungan darurat pandemi untuk ekonomi pada pertengahan November atau pertengahan Desember, di tengah meningkatnya kekhawatiran inflasi.
o IHK AS untuk semua item dikurangi makanan dan energi di AS naik 4,0% (yoy) pada September 2021 sesuai ekspektasi pasar.
o Surplus perdagangan Tiongkok melebar menjadi USD66,76 miliar pada September 2021, dari USD 35,34 miliar pada September tahun lalu, jauh di atas konsensus sebesar USD 46,8 miliar.
o Surplus perdagangan Indonesia pada September lebih besar dari perkiraan, mencapai USD4,37 miliar.
Reli IHSG sepanjang pekan ini, yang berhasil menembus level 6.500 menimbulkan optimisme akan kinerja pasar modal Indonesia yang akan lebih bak lagi. Namun apakah reli akan berlanjut atau telah mencapai puncaknya, berikut paparan Ashmore dalam Weekly Commentary, Jumat (15/10);
Pasar ekuitas  bullish ?
Indeks acuan pasar ekuitas Indonesia mencapai level tertinggi  intraday  5 tahun pada pekan ini, memunculkan pertanyaan apakah kita telah memasuki siklus  bullish  baru? "Berdasarkan bukti-bukti yang telah disajikan sepanjang tahun ini, kami percaya bahwa pencapaian level tertinggi baru ini sudah terlambat, karena indikator makro utama telah menunjukkan level yang menarik banyak investor asing institusi untuk masuk kembali ke negara ini," tulis Ashmore. Namun apakah reli akan berkelanjutan, ini menjadi pertanyaan selanjutnya?
Pertama-tama, menurut Ashmore, ekuitas Indonesia meskipun telah menerima aliran modal yang kuat (USD2,9 miliar YTD) masih belum mengimbangi aliran keluar yang terjadi sejak 2017. Untuk menyeimbangkan kembali, dibutuhkan aliran masuk dana sebesar USD3,5 miliar. Jika tidak ada perubahan apapun, setiap USD1 miliar dapat mendorong IHSG naik 5% (seperti yang ditunjukkan sepanjang bulan ini [MTD]).
"Ini mungkin menawarkan risiko kenaikan harga aset ekuitas sehingga aliran modal asing akan mengimbangi posisi ekuitas negatifnya dalam beberapa bulan mendatang." Ashmore menambahkan, terlepas dari kuatnya data makro Indonesia, faktor pendorong lain untuk datangnya investor asing adalah adanya rotasi di negara-negara EM Asia-Pasifik dari tindakan keras China serta pembalikan penilaian Indonesia yang sebelumnya  underweight. 

Kedua, saham berkapitalisasi besar yang valuasinya telah tertinggal, akhir-akhir ini mulai mengejar kembali. Ashmore menyebutkan, kinerja LQ45 YTD masih turun 0,7% sementara kinerja YTD IHSG secara keseluruhan naik 5,9%. Dalam satu bulan terakhir, LQ45 melejit 12,5% lebih tinggi dari IHSG yang naik 8,5%.
"Terakhir, kami melihat potensi kenaikan dari amnesti pajak jilid kedua yang kemungkinan dapat mendorong repatriasi aset dan uang tunai," ungkap Ashmore. Pada amnesti pajak jilid pertama, realisasi repatriasi mendekati USD10 miliar pada 2018, yang membantu mendorong permintaan aset lokal. "Dengan asumsi bahwa pengampunan pajak baru hanya mencapai 50% dari realisasi 2018, kita dapat melihat setidaknya USD5 miliar repatriasi aset untuk mendukung harga."
Secara keseluruhan, Ashmore melihat hal tersebut sebagai awal masuknya investor asing ke aset Indonesia. "Masih ada permintaan terpendam besar-besaran yang belum ditunjukkan oleh data ritel Indonesia, terutama sekarang ini, karena harga komoditas meningkat secara signifikan."
Dengan portofolio yang terkelola aktif, Ashmore mengaku tetap optimis terhadap kemampuannya untuk menawarkan  return  lebih baik dari level indekstingkat indeks. "Beberapa sektor telah berkinerja buruk akhir-akhir ini, termasuk teknologi dan ekonomi baru. Kami terus fokus untuk menemukan  value stock  demi menawarkan alpha yang solid untuk klien kami." (Ashmore)

Sumber : admin