IHSG Melorot Tipis Dalam Seminggu Terakhir Akibat Peningkatan Elektabilitas Donald Trump
Saturday, July 20, 2024       17:48 WIB

Ipotnews - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) melemah secara mingguan (WoW) akibat peningkatan elektabilitas Donald Trump sebagai kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik.
Mengutip data aplikasi IPOT , IHSG ditutup pada level 7.294 pada Jumat sore (19/7), melemah 5 poin atau 0,1% dalam satu minggu terakhir.
Pengamat pasar modal, Lanjar Nafi mengatakan selama sepekan, pasar saham terkoreksi, yang merupakan penurunan mingguan pertama dalam empat minggu terakhir. Pasar obligasi juga terkoreksi dengan imbal hasil acuan naik 0,7 basis poin, seiring dengan terdepresiasinya nilai tukar rupiah sebesar 0,32%.
"Sentimen global mendominasi pasar selama sepekan, terutama setelah tragedi percobaan pembunuhan Donald Trump justru meningkatkan elektabilitasnya secara tajam. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kebijakan tarif dan Trump Trade yang dapat memperkuat USD terhadap mata uang mitra dagang dan negara berkembang," kata Lanjar dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/7).
Pada akhir pekan, pelemahan mayoritas indeks utama global menekan sentimen nilai tukar, pasar saham, dan obligasi Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan Saham-saham di sektor material dasar dan keuangan menjadi kontributor utama pelemahan.
Investor melakukan aksi jual di akhir pekan untuk mengantisipasi sentimen global dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Rupiah terdepresiasi 0,20% ke level Rp16.190 per dolar AS. Hal ini juga berdampak pada pasar obligasi, dengan imbal hasil acuan tenor 10 tahun naik 1,9 basis poin ke level 6,950%.
Sentimen positif dalam negeri, seperti surplus neraca perdagangan Indonesia yang telah tercatat selama 50 bulan berturut-turut dan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang penuh optimisme, gagal mendorong optimisme pasar. "Hasil tersebut hanya mampu mengimbangi sentiment negatif dari global," ujar Lanjar.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa nilai ekspor Indonesia pada Juni 2024 mencapai USD20,84 miliar, naik 1,17% secara tahunan (yoy), didorong oleh ekspor besi dan baja, nikel, dan tembaga. Neraca perdagangan Indonesia masih mencatat surplus sebesar USD2,39 miliar.
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 6,25% dalam RDG periode Juli, sesuai dengan ekspektasi pasar. BI juga memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV 2024 tetap positif dengan rencana peningkatan stimulus fiskal dari 2,3% menjadi 2,7% terhadap PDB, serta memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan mencapai batas atas kisaran 10%-12% pada 2024.
(Adhitya)

Sumber : admin