INAF Akan Lebih Fokus Di Bisnis Alat Kesehatan
Thursday, October 17, 2019       18:49 WIB

Ipotnews - Demi mengimbangi bisnis farmasi yang sudah esksisting dan memperbaiki fundamental bisnis perusahaan, PT Indofarma Tbk () lima tahun ke depan menargetkan bisnis alat kesehatan mampu berkontribusi 25% ke pendapatan.
Apalagi sejak 2016 , sudah mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk yakni Rp 17,36 miliar. Kemudian di 2017 rugi bersih naik hingga 166%  year on year  (yoy) menjadi Rp 46,28 miliar, lalu di 2018 rugi bersihnya turun 29,97% yoy menjadi Rp 32,73 miliar.
Namun, tahun ini menargetkan mampu mencetak untung. Untuk itu, perbaikan fundamental dengan diversifikasi produk yakni fokus ke bisnis alat kesehatan mulai dilakukan pada 2018.
menilai arah persaingan industri farmasi di waktu mendatang akan lebih ketat dan tidak hanya berorientasi pada produk obat generik tapi juga layanan  healthcare.  Selain itu produk alat kesehatan ditengarai juga punya margin yang lebih besar.
Menurut Direktur Keuangan dan Human Resource , Herry Triyatno perseroan mengelompokkan produk penjualan menjadi tiga, yakni Farmasi, Diagnostic & Medical Equipment (DME) dan Natural Extract.
"Hingga saat ini kalau hanya melihat di sisi induk perusahaan saja yakni Indofarma, kontribusi segmen Farma masih dominan yakni hingga 90%," jelasnya seperti dikutip Kontan, Kamis (17/10).
Herry menyebut, tahun depan komposisi ini akan mengalami perubahan yakni kelompok produk alat kesehatan akan tumbuh secara signifikan. Memang di sepanjang 2019 kontribusi penjualan alat kesehatan diproyeksikan masih belum signifikan karena tahun ini menjadi masa persiapan untuk eksekusi 2020.
menargetkan kontribusi penjualan alat kesehatan di 2020 mampu mencapai 20% khusus dari Indofarma saja sebagai induk usaha.
Berkat pertumbuhan  double digit  tersebut komposisi portofolio di bisnis alat kesehatan secara bertahap akan menyeimbangkan dengan bisnis farmasi yang saat ini sudah  eksisting. 
Untu itu, targetnya dalam lima tahun ke depan komposisi portofolio bisa menjadi 50% farmasi, 25% alat kesehatan atau DME dan natural extract 25%.
Sebagai informasi, hingga kini sudah membuat kesepakatan kerjasama dengan mitra perusahaan alat kesehatan dari China sebanyak 8 perusahaan produsen  medical disposable/consumable  dan  durable  terkait instrumen medis kategori  electromedical. 
Sedangkan mitra kerjasama dari Korea Selatan sudah lima perusahaan untuk  durable medical equipment  dan lima perusahaan produsen  consumable/disposable.  
Kerjasama ini ada yang dilakukan secara langsung, atau melalui asosiasi Korea Medical Device (KMD) Indonesia.
Skema kerjasama yang dibangun oleh dengan partner luar negeri dilakukan dengan prinsip gradual dengan pertimbangan antara kebutuhan pasar dengan daya saing ketika dipasarkan.
Adapun fokus kerjasama dengan produsen alat kesehatan sebagai bagian recana jangka panjang untuk pengembangan produk maupun produksi alat kesehatan.
Di sisi lain, juga terus berupaya mengembangkan bisnis Farma dengan menjalin kerjasama dengan negara lain seperti India untuk produk farmasi yakni onkologi (kanker) dan  anti retroviral  (HIV).(winardi)

Sumber : Admin