ISED : Daya Saing Industri Digital Indonesia Masih Lemah, Ini Penyebabnya
Wednesday, February 19, 2020       13:01 WIB

Ipotnews - Institute of Social Economic and Digital ( ISED ) menyatakan daya saing industri digital Indonesia tergolong masih lemah. Pasalnya dari indeks World Digital Competitiveness Asia Pasific, rangking Indonesia berada di urutan ke 56. Capaian ini kalah jauh dibandingkan dengan Singapura yang menempati urutan kedua dan Hongkong di urutan kesebelas.
Dewan Pakar ISED , Dianta Sebayang, mengatakan pemerintah harus memaksimalkan upaya agar peringkat daya saing industri digital membaik. Sebab di era saat ini, perkembangan teknologi sudah tidak dapat dielakkan lagi. Bahkan kini bermunculan startup - startup diberbagai wilayah sehingga potensi industri ini terhadap pertumbuhan ekonomi akan semakin besar.
Sayangnya, lanjut Dianta, perkembangan bisnis digital masih terfokus di Jawa. Sementara di wilayah lain perkembangannya tidak sepesat di Jawa. Tercatat DKI Jakarta menjadi tempat paling subur bagi pertumbuhan bisnis digital yang mencapai 52,62 persen. Kemudian Jawa Tengah sebesar 3,02 persen dan DI Yogyakarta mencapai 5,44. Hal ini tidak lepas karena sarana infrastruktur digital yang disediakan oleh pemerintah atau swasta lebih masif di Jawa.
"Bicara soal industri ecommerce atau digital itu memang harus ada layanan (sinyal) 4G kalau 3G nggak masuk. Nah di Jawa ini infrastruktur digital berkembang baik, kalau di daerah di pelosok-pelosok sinyal ilang. Untungnya ada Telkomsel yang bisa sedikit menolong," kata Dianta dalam Workshop Start Up dan Bisnis Digital ISED di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (19/2).
Dia menilai upaya pemerintah untuk membangun infrastruktur telekomunikasi hingga ke daerah sudah cukup baik, yaitu melalui proyek Palapa Ring. Meski begitu dia berharap akselerasi pembangunan perlu dilakukan agar masyarakat di pelosok bisa segera menikmati layanan teknologi. Sebab dia melihat potensi ekonomi daerah sebenarnya cukup menjanjikan. Namun produk-produk tersebut sulit terjual karena media promosi khususnya melalui digital lantaran jaringan atau infrastrukturnya masih terbatas.
ISED mencatat jumlah smartphone di Indonesia mencapai 355,5 juta unit yang aktif digunakan untuk berselancar di dunia maya. Jumlah ini melebihi angka populasi di Indonesia yang hanya sekitar 268,2 juta orang. Artinya satu orang dapat menggunakan smartphone lebih dari satu unit. Sementara itu jumlah pengguna internet aktif di Indonesia mencapai sekitar 150 juta orang.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa pasar ekonomi digital di Indonesia sangat besar. Oleh sebab itu perlu kebijakan proaktif dari pemerintah untuk memanfaatkan momentum industri digital sehingga bisa lebih besar kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Digitalisasi itu bisa mendorong kemandirian ekonomi kita, jadi kita tidak boleh hanya menjadi pasar saja tapi kita harap bisa jadi subjek melalui era ekonomi digital. Target 1000 startup saya kira realistis tercapai, cuma menurut saya bukan fokus pada kuantitas tapi kualitas sehingga bisa diharapkan bisa menguntungkan dan lebih bisa menyerap angkatan kerja," pungkas dia.
(Marjudin)

Sumber : admin