Investor Beralih Menuju Aset Safe-Haven, Yen dan Dolar Reli
Tuesday, August 13, 2019       16:07 WIB

Ipotnews - Yen bertahan di dekat level tertinggi tujuh bulan, Selasa, dan dolar menguat, karena investor terbebani perang dagang China-AS, unjuk rasa di Hong Kong dan jatuhnya peso Argentina, mendorong pasar menuju aset  safe-haven .
Investor berbondong-bondong beralih ke yen di tengah meningkatnya perang dagang antara China dan Amerika Serikat, serta kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global.
Mata uang Jepang itu, bersama dengan dolar dan franc Swiss, adalah tempat yang aman ( safe-haven ) pada saat terjadi ketidakpastian, demikian laporan  Reuters , di London, Selasa (13/8).
Yen mendapatkan dorongan dari meningkatnya ketidakpastian di Hong Kong dan hasil pemilu yang mengejutkan di Argentina, menyebabkan gejolak pada mata uang negara itu, peso, juga pasar saham dan obligasinya.
Analis ING mengatakan yen diuntungkan dari penghindaran risiko ( risk aversion ) secara umum dan proyeksi Federal Reserve bakal menurunkan suku bunga. Yen diperkirakan menguat ke posisi 102 atau 103 per dolar tahun ini.
Imbal hasil US Treasury terus menurun baru-baru ini, dan  spread  antara  yield  surat utang AS dan Jepang bertenor 10-tahun menyusut ke level tersempit sejak November 2016.
Yen tidak berubah pada pukul 14.20 WIB di posisi 105,32 per dolar. Yen menembus 105,05 per dolar, Senin, level tertinggi tujuh bulan dan, tidak termasuk  flash crash  Januari, tingkat terkuat sejak awal 2018.
Indeks dolar, ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, menguat 0,2% menjadi 97,563.
Euro melemah 0,2% menjadi USD1,1196. Data inflasi Jerman yang sejalan dengan perkiraan tidak banyak memberikan dukungan bagi mata uang bersama itu.
Yuan di pasar  offshore  sedikit berubah pada posisi 7,104 per dolar setelah Bank Sentral China (PBoC) menetapkan tingkat titik tengah pada level terendah 11-tahun yang masih lebih kuat dari ekspektasi. Pejabat senior PBoC mengatakan bahwa yuan berada pada level yang sesuai.
Peso Argentina anjlok sekitar 15% menjadi 52,15 per dolar, Senin, setelah mencapai rekor terendah 61,99.
Kekhawatiran kemungkinan kembali pada kebijakan intervensi, dan dengan ekstensi kemungkinan gagal bayar utang, mencengkeram pasar setelah Presiden Argentina dari kubu konservatif, Mauricio Macri, kalah dalam pilpres dengan selisih yang jauh lebih lebar dari perkiraan.
Analis Commerzbank Antje Praefcke mengatakan reaksi di tempat lain terhadap hasil pilpres Argentina adalah "tanda betapa gelisahnya pasar".
Sterling tergelincir 0,2% menjadi USD1,2052, mendekati USD1,2015 yang disentuh pada sesi Senin, terendah dalam lebih dari dua tahun, karena kekhawatiran perdagangan yang didominasi Brexit tanpa kesepakatan. (ef)

Sumber : Admin