Investor Cermati Ancaman Tarif Trump, Minyak Bergerak Lebih Tinggi
Monday, February 10, 2025       14:32 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Senin, bahkan saat investor mempertimbangkan ancaman tarif terbaru Presiden Donald Trump, kali ini pada semua impor baja dan aluminium, yang dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 49 sen, atau 0,66%, menjadi USD75,15 per barel pada pukul 13.48 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Senin (10/2).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, bertambah 46 sen atau 0,65% menjadi USD71,46 per barel. Pasar membukukan penurunan mingguan ketiga berturut-turut, pekan lalu, karena kekhawatiran tentang perang dagang global.
Trump mengatakan akan mengumumkan tarif 25%, Senin, bagi semua impor baja dan aluminium ke Amerika, dalam eskalasi besar lainnya dari perombakan kebijakan perdagangannya.
Seminggu lalu, Trump mengumumkan tarif bagi Kanada, Meksiko, dan China, tetapi menangguhkan tarif untuk dua negara tetangganya itu pada hari berikutnya.
Mengingat perubahan arah Trump minggu lalu, investor tampaknya mengabaikan ancaman tarif baja dan aluminium untuk saat ini, tutur Tony Sycamore, analis IG yang berbasis di Sydney.
"Pasar menyadari bahwa berita tarif kemungkinan akan terus berlanjut dalam beberapa pekan dan bulan mendatang," katanya, seraya menambahkan ada peluang yang sama bahwa tarif tersebut dapat ditarik kembali atau bahkan dinaikkan di beberapa titik dalam waktu dekat.
"Jadi mungkin investor sampai pada kesimpulan bahwa bukanlah tindakan terbaik untuk bereaksi terhadap setiap berita secara negatif."
Tarif pembalasan China atas beberapa ekspor Amerika akan mulai berlaku hari ini, tanpa ada tanda-tanda kemajuan antara Beijing dan Washington.
Trader minyak dan gas mencari keringanan dari Beijing untuk impor minyak mentah dan gas alam cair Amerika.
Minggu, Trump mengatakan Amerika membuat kemajuan dengan Rusia untuk mengakhiri perang Ukraina, tetapi menolak untuk memberikan rincian tentang komunikasi apa pun yang dilakukannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sanksi yang dijatuhkan terhadap perdagangan minyak Rusia pada 10 Januari mengganggu pasokan Moskow ke klien utamanya, China dan India.
Washington juga meningkatkan tekanan pada Iran, pekan lalu, dengan Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi baru pada beberapa individu dan kapal tanker yang membantu mengirimkan jutaan barel minyak mentah Iran per tahun ke China.
Sanksi terhadap Iran dan kegagalan mencapai kesepakatan nuklir merupakan risiko positif terhadap harga minyak meski kebijakan Trump ditujukan untuk menekan harga energi, papar analis Citi.
"Kami melihat minyak kemungkinan diperdagangkan sideways hingga melemah selama sekitar satu bulan ke depan, dengan tekanan penurunan fundamental yang meningkat pada minyak mentah dalam kasus dasar kami sepanjang tahun," kata Citi.
Brent diperkirakan mencapai rata-rata USD60 hingga USD65 per barel pada semester kedua 2025 karena Trump akan gigih dalam keinginannya untuk menurunkan harga energi, dan dia pada akhirnya akan terbukti memberikan pengaruh yang bearish pada pasar minyak, ungkap Citi. (ef)

Sumber : Admin

berita terbaru
Wednesday, Jul 02, 2025 - 18:34 WIB
PP Presisi Lunasi Obligasi Rp 107 M
Wednesday, Jul 02, 2025 - 17:49 WIB
Indonesia Market Summary (02/07/2025)
Wednesday, Jul 02, 2025 - 17:25 WIB
ELIT Dividen Tunai Rp 5 per Saham (Koreksi)
Wednesday, Jul 02, 2025 - 17:20 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham IMPC, Beli
Wednesday, Jul 02, 2025 - 17:17 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham TPIA, Beli
Wednesday, Jul 02, 2025 - 17:11 WIB
IPCC Catat Pertumbuhan Kinerja 10,9% hingga Mei 2025
Wednesday, Jul 02, 2025 - 16:54 WIB
Petinggi Bumi Resources (BUMI) Mundur
Wednesday, Jul 02, 2025 - 16:53 WIB
Dua Petinggi BUMI Mundur
Wednesday, Jul 02, 2025 - 16:52 WIB
Investasi Jumbo HMSP