Investor Cermati Data Inflasi Amerika, Greenback Tergelincir
Friday, June 11, 2021       04:45 WIB

Ipotnews - Indeks Dolar turun, Kamis, setelah berfluktuasi antara kerugian dan keuntungan di awal sesi, karena investor mencerna kenaikan inflasi Amerika Serikat dan komentar Bank Sentral Eropa sambil mencermati pertemuan Federal Reserve berikutnya.
Setelah mengadopsi sikap  wait-and-see  sepanjang pekan, menyedot volatilitas dari pasar dan meninggalkan sebagian besar mata uang utama terikat pada kisaran, perkembangan Kamis tampaknya menambahkan sedikit arah yang baru ke pasar mata uang.
Di awal sesi, ECB menaikkan pandangan pertumbuhan dan inflasinya, tetapi berjanji untuk mempertahankan aliran stimulus, khawatir jika mundur saat ini akan mempercepat kenaikan yang mengkhawatirkan dalam biaya pinjaman dan menghambat pemulihan, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua,  di New York, Kamis (10/6) atau Jumat (11/6) pagi WIB.
Kemudian di Amerika Serikat, data menunjukkan jumlah warga yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun pekan lalu ke level terendah dalam hampir 15 bulan. Sementara, indeks harga konsumen (IHK) meningkat lebih lanjut pada Mei karena cengkeraman pelonggaran pandemi pada ekonomi terus mendorong permintaan domestik.
Kendati mata uang  emerging market  seperti lira Turki menunjukkan reaksi yang lebih jelas, pedagang dolar sudah dengan hati-hati melihat ke depan untuk pertemuan kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal ( FOMC ) Amerika, yang dijadwalkan pekan depan.
"Dolar berada di sela-sela karena mencari risiko peristiwa penting berikutnya dan itu adalah pertemuan FOMC dan prospek The Fed mungkin memulai pembicaraan tentang  tapering,  yang dapat memberikan dukungan terhadap dolar," kata Paresh Upadhyaya, Direktur Amundi US.
Investor mencermati IHK Amerika untuk tanda-tanda bahwa kenaikan harga dapat bertahan lebih lama dari ekspektasi, berpotensi menantang sikap keras The Fed bahwa tekanan inflasi bersifat sementara, dan stimulus moneter harus tetap berlaku untuk beberapa waktu.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur  greenback  terhadap sekeranjang mata uang utama, berfluktuasi sempit di sekitar level psikologis 90, dan terakhir turun 0,08% menjadi 90,0670. Euro terakhir melemah 0,05% menjadi USD1,2172.
"Kita mendapati tarik-menarik antara dua mata uang tersebut, dan itu menciptakan kondisi bolak-balik. Itulah mengapa kita melihat sedikit batasan dalam pelemahan dolar dan penguatan euro," kata Minh Trang, pedagang di Silicon Valley Bank.
"Tren keseluruhan adalah sedikit pelemahan dolar, bukan hanya karena pertumbuhan yang kuat di Amerika. Ada pertumbuhan yang kuat secara keseluruhan. Banyak ekonomi pulih kembali," papar dia. "Ketika kita memiliki optimisme dalam pertumbuhan global secara keseluruhan, biasanya itu menciptakan risiko pada mentalitas yang akan mendukung mata uang lain daripada dolar."
Indeks Volatilitas Mata Uang Deutsche Bank berada di level terendah sejak Februari 2020.
Pada akhir perdagangan di New York, poundsterling naik menjadi USD1,4167 dari USD1,4114 di sesi sebelumnya. Dolar Australia menguat jadi USD0,7754 dari USD0,7735.
Dolar AS dibeli 109,41 yen, lebih rendah dari 109,57 yen pada sesi sebelumnya. Sementara,  greenback  turun ke posisi 0,8948 franc Swiss dari 0,8958 franc Swiss, dan melemah jadi 1,2088 dolar Kanada dari 1,2103 dolar Kanada. (ef)

Sumber : Admin