KIlas Emiten: JPFA, MAIN, ADRO, INDY, dan PPRE
Wednesday, November 07, 2018       10:36 WIB

Ipotnews - Kilas emiten berikut layak diperhatikan untuk referensi perdagangan hari ini, Rabu (7/11):
1. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk () peningkatan harga Day Old Chicken (DOC) akibat stabilnya tingkat suplai dan permintaan menjadi salah satu faktor pendorong kinerja perusahaan. Perseroan menuturkan, membaiknya kinerja perusahaan tak lepas dari upaya sejumlah kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Beberapa tahun terakhir, pemerintah menerapkan control ketat atas impor grand parent stock (GPS). Selain itu, pelarangan menggunaan Antibiotik Growth Promoter (AGP) membuat produktivitas menurun. Dampaknya ialah menyeimbangkan kembali suplai dan permintaan Day Old Chicken (DOC). Naiknya produktivitas dan kualitas DOC secara keseluruhan kemudian memberikan dampak positif terhadap permintaan pakan ayam. Di sisi lain, laba dari peternakan ayam komersial meningkat karena harga jual rata-rata yang tinggi.
2. PT Malindo Feedmill Tbk () optimistis penjualan dapat bertumbuh 15% sampai akhir 2018. Perseroan juga siap mengoperasikan fasilitas pakan ternak baru di Makassar. Manajemen menyampaikan, untuk memacu penjualan pakan, perusahaan akan menambah kapasitas silo dan corn dryer di Makassar. Sebelumnya kapasitas pengolahan pakan perseroan mencapai 1,2 juta ton per tahun. Perseroan menambahkan, kinerja per kuartal III/2018 terbilang memuaskan. Per September 2018, perusahaan membukukan pendapatan Rp4,84 triliun, naik 19,55% yoy dari sebelumnya Rp4,05 triliun. Laba bersih melonjak 6.642,24% yoy menuju Rp186,76 miliar dibandingkan per kuartal III/2018 senilai Rp2,77 miliar. Dengan demikian, manajemen optimistis membukukan pertumbuhan penjualan hingga 15% year on year (yoy) atau Rp6,25 triliun sampai akhir tahun.
3. PT Adaro Energy Tbk () menargetkan produksi batu bara kalori tinggi melalui Adaro MetCoal Companies (AMC) dapat mencapai 1 juta ton sampai dengan akhir 2018. Keuntungan ekspansi produk premium ialah harga jual yang lebih dibandingkan batu bara termal, walaupun ongkos operasionalnya lebih mahal. Secara perhitungan keseluruhan, margin produk premium lebih besar. Sampai akhir 2018, perusahaah mematok target produksi dan penjualan AMC sebesar 1 juta ton. Per September 2018, produksi AMC naik 27% year on year (yoy) menjadi 0,86 juta ton, dan penjualan meningkat 15% yoy menuju 0,71 juta ton. Selain ke pasar domestik, batu bara kalori tinggi tersebut dijual ke sejumlah negara seperti Jepang, Thailand, India, China, dan negara-negara di Eropa.
4. PT Indika Energy Tbk () menargetkan produksi batu bara premium mencapai 1,2 juta--1,3 juta ton sampai akhir 2018. Manajemen menyampaikan, perseroan melalui PT Multi Tambangjaya Utama () menargetkan volume produksi dan penjualan batu bara berkalori tinggi sampai akhir 2018 mencapai 1,2 juta--1,3 juta ton. Perseroan menambahkan, volume produksi dan penjualan batu bara Kideco Jaya Agung diharapkan mencapai 34 juta ton pada tahun ini. Per September 2018, penjualan Kideco mencapai 26,1 juta ton dan menghasilkan pemasukan US$1,41 miliar. Di samping peningkatan volume, mendapatkan sentimen positif dari peningkatan harga. Dalam 9 bulan pertama 2018, rerata harga jual (average selling price/ ASP) batu bara Kideco naik menjadi US$54 per ton dari posisi per September 2017 senilai US$50,8 per ton.
5. PT PP Presisi Tbk () sejumlah proyek infrastruktur yang telah menjadi kontrak dihadapi perusahaan menopang pertumbuhan laba bersih perseroan tumbuh 112,94% secara tahunan pada kuartal III/2018. Perseroan mengatakan earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization atau EBITDA perseroan Rp579,3 miliar pada Januari 2018-September 2018. Pencapain tersebut naik 80% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Secara kuartalan, EBITDA menunjukkan tren peningkatan yakni Rp183,2 miliar pada kuartal I/2018, Rp197,9 miliar pada kuartal II/2018, dan Rp198,2 miliar pada kuartal III/2018. Di sisi lain, manajemen menyebut pendapatan perusahaan naik 114% secara tahunan dari Rp929,7 miliar menjadi Rp1,99 triliun. Sektor yang menjadi penopang yakni civil work dengan pertumbuhan 116% dari Rp564,7 miliar menjadi Rp1,5 triliun pada kuartal III/2018.

Sumber : admin