Kebijakan PPKM Mikro Efektif Tekan Covid-19, Kurs Rupiah Ditutup Menguat
Tuesday, May 04, 2021       16:18 WIB

Ipotnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat pada sore ini, Selasa (4/5), dengan sentimen positif langkah pemerintah memperpanjang kebijakan PPKM Mikro terbukti efektif menekan penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (4/5) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.430 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 20 poin atau 0,14% apabila dibandingkan dengan penutupan pasar spot pada Senin sore kemarin (3/5) di level Rp14.450 per dolar AS.
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa rupiah menguat karena pemerintah terus memperpanjang PPKM skala Mikro yang terbukti efektif menekan laju peneyebaran Covid-19. Di samping vaksinasi terhadap semua warga negara. Ini menjadi sentimen positif sehingga kurs rupiah menguat pada sore ini.
"Dengan terus ditekannya wabah Covid-19 ada harapan besar pandemi akan kembali menurun dan masyarakat bisa beraktivitas kembali secara normal dan ini perlu ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat guna untuk menanggulanginya secara bersama-sama," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (4/5).
Hanya saja laju penguatan kurs rupiah tidak besar karena hari ini dolar AS juga menguat terhadap mata uang lainnya kerane investor mencerna komentar optimis dari Gubernur The Federal Reserve AS, Jerome Powell tentang ekonomi.
Powell mengatakan pada hari Senin (3/5) bahwa ekonomi AS secara bertahap pulih dari Covid-19. Tetapi dia juga memperingatkan bahwa ekonomi AS belum keluar sepenuhnya dari masalah. Dia juga mencatat bahwa orang tua yang kurang berpendidikan dan kaum pekerja menderita tekanan yang tidak sangat berat selama Covidi-19.
Beberapa analis mengatakan angka pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat meningkatkan dolar dengan membawa ekspektasi ke depan untuk suku bunga yang lebih tinggi. "Sementara yang lain berpendapat bahwa ekonomi AS yang kuat akan membebani mata uang karena impor meningkat dan defisit perdagangan juga bertambah," jelas Ibrahim. (Adhitya)

Sumber : admin