Kekhawatiran Keamanan Pangan Mulai Mengancam Ekspor Beras di Asia
Wednesday, April 01, 2020       16:07 WIB

Iponews - Panik beli di supermarket dan penimbunan bahan pangan menimbulkan kekhawatiran akan kecukupan pasokan makanan di sejumlah negara. Pemerintah dihadapkan pada kewajiban untuk menjaga kecukupan pangan dengan harga terjangkau sangat penting artinya untuk menjaga stabilitas politik.
Rusia, Kazakhstan, dan Ukraina telah mengumumkan rencana untuk membatasi ekspor gandum. Di Asia kekhawatiran akan kepastikan kecukupan pangan bagi semua orang kini menyebar ke beras. China dan India adalah produsen sekaligus konsumen global terbesar bahan pokok utama bagi miliaran orang di Asia.
Vietnam, penekspor beras terbesar ketiga di dunia, untuk sementara menangguhkan penjualan ekspor baru demi melindungi pasokan domestik di tengah kekeringan di Delta Mekong. Sementara Myanmar juga mengatakan akan memangkas ekspor untuk menghindari kelangkaan.
"Negara-negara menjual kelimpahannya dengan sahangt berhati-hati," kata David Dawe, ekonom perberasan dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB yang berbasis di Bangkok. "Mereka hanya ingin memastikan bahwa mereka memiliki cukup persediaan untuk diri mereka sendiri," imbuhnya, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (1/4).
Semnetara itu, negaraa-negara importir juga tidak mau mengambil risiko. Filipina, pasar terbesar beras Vietnam, mengalokasikan lebih dari USD600 juta untuk mencukupi kebutuhan pangannya. Negara itu juga berencana untuk membeli 300.000 ton beras, melalui kesepakatan dengan negara-negara pemasok di Asia Tenggara, atau melalui sumber lain, seperti India dan Pakistan.
China, dengan 1,4 miliar orang yang harus diberi makan dan beras telah menjadi dasar kebijakan pangan selama berabad-abad, meningkatkan harga beli untuk beberapa hasil panen dan menjanjikan untuk membeli rekor panen tahun ini untuk memastikan pasokan. China relatif tidak akan banyak mengimpor atau mengekspor dibanding konsumsinya, tetapi ingin memastikan akan dapat menjaga cadangan berasnya, hingga perekonomian meningkat kembali setelah gangguan virus korona.
Kenyataannya, memang tidak ada kekurangan aktual. Gudang-gudang beras di India, pengekspor terbesar di dunia, dipenuhi dengan beras dan gandum saat panen raya. Menurut data Departemen Pertanian AS, produksi global beras hasil penggilingan diperkirakan mencapai rekor 500 juta ton pada 2019-20, dan stok global berada pada titik tertinggi sepanjang masa, lebih dari 180 juta ton,
Tidak hanya India yang memiliki cadangan besar. Thailand eksportir beras terbesar kedua, belum lama ini menyatakan bahwa mereka memiliki cukup beras untuk memenuhi target ekspornya. Bahkan setelah mengalami kekeringan terburuk dalam beberapa dekade. Indonesia, negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, sejauh ini juga mengatakan memiliki persediaan yang cukup.
Harga beras putih Thailand 5%  broken , patokan ekspor Asia, sempat mencapai USD510 per ton pada bulan Maret, tertinggi sejak 2013. Kenaikan itu terutama karena kekeringan dan peningkatan pembelian oleh importir, tetapi setelah itu turun kembali ke USD502 per ton.
"Dalam jangka pendek, harga beras akan naik," kata Dawe dari FAO. "Tapi kenaikannya tidak akan banyak. Saya tidak berpikir kita akan melihat lonjakan harga seperti yang kita lihat pada tahun 2008," ujarnya. Pada tahun itu harga patokan beras naik hingga lebih dari USD1.000 per ton, karena negara-negara menahan ekspor di tengah kekurangan pangan global. (Bloomberg)

Sumber : Admin

berita terbaru
Friday, Apr 26, 2024 - 17:23 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of PTRO
Friday, Apr 26, 2024 - 17:19 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of CRSN
Friday, Apr 26, 2024 - 17:18 WIB
Dividen Tunai MKTR Mei 2024
Friday, Apr 26, 2024 - 17:08 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of AUTO
Friday, Apr 26, 2024 - 17:04 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of PJAA
Friday, Apr 26, 2024 - 16:57 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of MEDS
Friday, Apr 26, 2024 - 16:54 WIB
Dividen Tunai TLDN Mei 2024