Ketakutan Soal Virus China Mereda, Kilau Logam Mulia Memudar
Thursday, January 23, 2020       03:54 WIB

Ipotnews - Emas melemah, Rabu, karena sentimen risiko pulih kembali dan dolar menguat, tetapi ekspektasi kebijakan moneter yang  dovish  dari bank sentral global membatasi kejatuhan  bullion  dan menjaga harga di atas level USD1.550 per ounce.
Harga emas di pasar spot turun 0,1% menjadi USD1.556,67 per ounce pada pukul 01.41 WIB, demikian laporan  Reuters , di Bengaluru, Rabu (22/1) atau Kamis (23/1) dini hari WIB. Emas berjangka Amerika Serikat ditutup menyusut 0,1% menjadi USD1.556,7 per ounce.
"Investor sebenarnya berada pada  selling position , dan itu menjaga harga tetap tertahan," kata Daniel Ghali, analis TD Securities.
Namun, dia juga melihat aliran minat pada emas yang relatif stabil, dan pasar saat ini berupaya melindungi diri dari tingkat suku bunga negatif di seluruh dunia.
Investor akan mencermati rapat kebijakan pertama Bank Sentral Eropa (ECB) tahun ini, Kamis, sementara pertemuan pertama Federal Reserve dijadwalkan pada 28-29 Januari. Kedua bank sentral itu diperkirakan  dovish .
Indeks dolar, ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, melonjak sekitar 1,2% sejak awal tahun ini.
Pada 2020, "logam mulia tetap menjadi cerita yang terkait dengan pelonggaran kebijakan moneter secara global dan pelemahan dolar AS secara luas," kata analis UBS dalam sebuah catatan.
"Terlepas dari tingkat suku bunga AS yang rendah dan dolar yang lebih lemah, emas akan mendapat keuntungan dari lonjakan tiba-tiba dalam volatilitas pasar karena dinamika siklus akhir dan kebisingan geopolitik yang sedang berlangsung, terutama ketika kita mendekati pemilihan presiden AS tahun ini," kata UBS, memperkirakan emas akan naik menjadi USD1.600 tahun ini.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi  opportunity cost  memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil dan cenderung membebani dolar.
"Kekhawatiran tumbuh bahwa kita akan melihat kembalinya penghindaran risiko ( risk aversion ) begitu The Fed memberi sinyal  balance sheet  tidak akan lagi tumbuh pada kecepatan USD60 miliar per bulan atau jika kita melihat perundingan (perdagangan AS-China) fase kedua menemui jalan buntu," kata Edward Moya, analis OANDA.
Respons China dan  update  yang cepat tentang virus corona yang baru meningkatkan optimisme bahwa penyebarannya akan terkendali, membantu pasar saham dunia pulih kembali.
Kekhawatiran wabah itu bisa memukul aktivitas ekonomi menjelang perayaan Tahun Baru Imlek di China membuat ekuitas turun dari rekor tertinggi pada sesi Selasa.
Di tempat lain, palladium melambung 2,2% menjadi USD2.455,33 per ounce, setelah merosot sekitar 4% di sesi sebelumnya.
Perubahan struktural dalam permintaan setelah aturan emisi yang lebih ketat di beberapa negara akan mendorong permintaan palladium, kata Ghali.
Palladium menyentuh rekor tertinggi USD2.582,19 per ounce pada sesi Senin.
Perak naik 0,2% menjadi USD17,81 per ounce, dan platinum melejit 1,4% menjadi USD1.013,37 per ounce. (ef)

Sumber : Admin