Ketidakpastian Berlanjut, Lonjakan Imbal Hasil Beri Peluang Beli untuk Pendapatan Tetap - Ashmore
Saturday, January 06, 2024       23:14 WIB

Ipotnews - Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan pekan pertama 2024, Jumat (5/1), dengan melemah 0,12% menjadi 7.351. Namun demikian posisi indeks masih lebih tinggi dibanding sesi penutupan pada akhir pekan 2023 yang berada di level 7.273. Investor asing membukukan arus masuk modal sebesar USD95 juta sepanjang pekan.
PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat beberapa peristiwa yang mempengaruhi pergerakan dana di pasar modal dalam dan luar negeri sepanjang pekan ini, antara lain;
- Lowongan pekerjaan AS pada Desember lalu turun 62.000 menjadi 8,790 juta dibanding bulan sebelumnya, level terendah sejak Maret 2021 dan lebih rendah dibanding konsensus pasar sebesar 8,85 juta. Penurunan bulan ketiga berturut-turut pembukaan lapangan kerja ini mencerminkan pelonggaran kondisi pasar tenaga kerja di AS.
- PMI Jasa S&P Global/CIPS Inggris naik menjadi 53,4 pada Desember 2023, dari 50,9 di November dan di atas perkiraan awal 52,7. Kenaikan ini merupakan ekspansi kedua berturut-turut di sektor jasa Inggris, berlawanan dengan tren kontraksi di zona euro.
- Inflasi harga konsumen Jerman naik menjadi 3,7% YoY pada Desember 2023, naik dari level terendah selama lebih dari dua tahun di 3,2% pada bulan sebelumnya. Data estiasi awal ini sejalan dengan konsensus pasar.
- PMI Manufaktur Umum Caixin China naik tipis menjadi 50,8 pada Desember 2023 dari 50,7 di November, angka tertinggi sejak Agustus 2023, mengalahkan perkiraan pasar sebesar 50,4. Sementara itu data pekerjaan turun selama empat bulan berturut-turut dan dengan laju tercepat dalam tujuh bulan terakhir, sedangkan angka kekurangan (backlogs) pekerjaan turun untuk pertama kalinya sejak Mei.
- Indeks kepercayaan konsumen Jepang meningkat menjadi 37,2 pada Desember 2023 dari 36,1 di November, tertinggi sejak Desember 2021, karena sentimen rumah tangga membaik.
- Tingkat inflasi utama tahunan Indonesia turun menjadi 2,61% pada Desember 2023 dari level tertinggi tiga bulan pada November lalu sebesar 2,86%, dan di bawah perkiraan pasar sebesar 2,72%. Namun angka tersebut masih berada dalam target Bank Indonesia sentral sebesar 2-4% selama delapan bulan berturut-turut. Inflasi inti turun ke level terendah dalam dua tahun terakhir di 1,8% di Desember, lebih rendah dari perkiraan 1,85%.
Dengan mencermati perkembangan selema asepekan terakhir, berikut pendapat Ashmore dalam  Weekly Commentary , Jumat (5/1);
Apa yang terjadi dalam seminggu terakhir ini?
Ashmore mencatat, pada minggu pertama tahun 2024, IHSG ditutup lebih tinggi dari minggu sebelumnya, terutama didorong oleh sektor Transportasi & Logistik dan Energi, yang masing-masing berkontribusi sebesar 3,96% dan 3,31% terhadap indeks.
Ashmore juga mencatat, bahwa pasar melihat ekspansi yang berkelanjutan dalam PMI komposit AS. Namun data pembukaan lapangan kerja yang dirilis baru-baru ini masih lebih rendah dari yang diharapkan, karena pasar tenaga kerja masih relatif longgar.
Di Eropa, Perancis dan Jerman merilis angka inflasi yang lebih tinggi pada bulan Desember, sejalan dengan ekspektasi tingkat inflasi yang lebih tinggi di Kawasan Eropa.
"Namun Indonesia mengalami hal yang sebaliknya pada data inflasi utama, yang menghasilkan angka yang lebih rendah pada Desember lalu, namun masih sejalan dengan target bank sentral," tulis Ashmore.
Ketidakpastian Fed Funds Rate terus berlanjut.
Ashmore menyebutkan, seiring dengan dimulainya Tahun Baru, pasar terus mencermati langkah The Fed. Notulen rapat yang baru-baru ini dirilis, menegaskan kembali pandangan FOMC bahwa ekonomi AS sedang berada di atau dekat puncak siklus suku bunga.
"Namun, mereka terus menyatakan kemungkinan kenaikan lebih lanjut jika inflasi dapat memberikan kejutan. Hampir semua peserta rapat yakin akan adanya pemotongan suku bunga tahun ini, namun masih ada ketidakpastian mengenai waktu pemotongan tersebut," ungkap Ashmore.
Data penting lainnya yang perlu diperhatikan, menurut Ashmore, adalah tingkat pengangguran di AS, karena data ini dapat mengubah ekspektasi terhadap keputusan the Fed dalam beberapa bulan mendatang. "Saat ini, pasar masih memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 150 bps pada akhir 2024, dan tingkat suku bunga tersebut sudah mencapai puncaknya," Ashmore menanmbahkan.
Pekan ini, pasar juga melihat imbal hasil obligasi pemerintah AS dan Indonesia bergerak lebih tinggi sejak notulensi rapat The Fed, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik 13 bps menjadi 4,01% dan imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia naik 22 bps menjadi 6,71%.
Sementara itu, Ashmore mengungkapkan, lelang SRBI , Jumat lalu, membukukan permintaan tertinggi sepanjang masa (mencapai Rp31,67 triliun) sejak instrumen ini pertama kali diperkenalkan oleh Bank Indonesia, dan tenor yang paling diminati adalah tenor 12 bulan.
"Kami merekomendasikan untuk tetap melakukan diversifikasi di antara saham dan pendapatan tetap dengan kecenderungan lebih ke reksadana obligasi, terutama yang berdenominasi USD. Lonjakan imbal hasil yang terjadi belakangan ini dapat memberikan peluang beli yang menarik untuk pendapatan tetap," papar Ashmore.
Untuk reksadana saham, Ashmore merekomendasikan ASDN dan ADEN . Sedangkan untuk reksadana pendapatan tetap, Ashmore merekomendasikan penambahan ADON dan ADUN ke dalam portofolio. (Ashmore)

Sumber : Admin

berita terbaru
Thursday, May 02, 2024 - 21:55 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham ITMA, Jual dan Beli
Thursday, May 02, 2024 - 21:00 WIB
US Productivity Slows Sharply in First Quarter
Thursday, May 02, 2024 - 20:33 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of DADA
Thursday, May 02, 2024 - 20:29 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of DAYA
Thursday, May 02, 2024 - 20:25 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of BRIS
Thursday, May 02, 2024 - 20:21 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of BNLI
Thursday, May 02, 2024 - 20:17 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of BNII
Thursday, May 02, 2024 - 19:43 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of DVLA