Kilas Emiten: GEMS, SSMS, KAEF, dan LPKR
Monday, September 02, 2019       08:42 WIB

Ipotnews - Kilas emiten berikut layak mendapat perhatian untuk menambah referensi transaksi saham di awal pekan ini, Senin (2/9):
1. PT Golden Energy Mines Tbk () masih mengawal pengembangan infrastruktur tambang batubara. Adapun pengembangan yang sedang perseroan lakukan meliputi penambahan kualitas jalan hauling serta membangun jalan sepanjang 22 kilo meter. Selain itu, perseroan juga akan meningkatkan crusher plant untuk memperbesar kapasitas batubara di stockpile, serta menambah kapasitas loading conveyor pemuatan tongkang. Sampai semester pertama tahun ini juga sudah menyerap belanja modal sebesar 63% atau sekitar US$ 20,90 juta dari total belanja modal tahun ini US$ 33,18 juta. Belanja modal tahun ini 67,57% lebih banyak dari realisasi tahun lalu US$ 19,8 juta. Memasuki paruh kedua 2019, optimistis mencapai target produksi batubara yang ditetapkan sekitar 25 juta ton hingga 28 juta ton untuk 2019.
2. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk () mencatatkan rugi bersih Rp 15,01 miliar pada semester I-2019. Padahal, pada periode sama tahun sebelumnya, masih membukukan laba bersih Rp 324,79 miliar. Rugi bersih ini sejalan dengan penurunan penjualan sebesar 20,96% year on year (yoy) menjadi Rp 1,5 triliun pada paruh pertama 2019. Pada periode sama tahun sebelumnya, membukukan penjualan Rp 1,89 triliun. Penjualan produk minyak kelapa sawit yang berkontribusi 89,4% dari total penjualan SMSS turun dari Rp 1,63 triliun menjadi Rp 1,34 triliun. Penurunan penjualan juga terjadi pada produk inti sawit, minyak inti sawit, dan tandan buah segar yang masing-masing berkontribusi 4,5%, 3,08%, dan 3,05% terhadap penjualan. Meskipun penjualan menurun, beban pokok penjualan justru meningkat sebesar 14,8% yoy menjadi Rp 1,07 triliun. Padahal, pada periode sama tahun sebelumnya, beban pokok penjualan masih sebesar Rp 933,95 miliar. Sebaliknya, mencatatkan penurunan beban-beban lainnya yaitu beban umum dan administrasi yang turun 14,28% yoy menjadi Rp 229,89 miliar. Begitu juga dengan beban keuangan yang turun dari Rp 250,36 miliar menjadi Rp 247,4 miliar. Sebagai tambahan, total aset juga turun tipis 0,46% menjadi 11,24 triliun per paruh pertama tahun ini. Begitu juga dengan utang yang turun 0,10% menjadi Rp 7,22 triliun dan ekuitas menurun 1,09% menjadi Rp 11,24 triliun.
3. PT Kimia Farma Tbk () berencana akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 1,58 miliar saham seri B yang akan ditawarkan melalui skema Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue. Pelaksanaan aksi korporasi tersebut akan dibahas pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 18 September 2019 mendatang. Demikian pelaksanaan rights issue paling lambat 12 bulan setelah tanggal pelaksanaan RUPSLB. Hasil rights issue tersebut setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan untuk modal kerja guna mengembangkan usaha dan entitas anak. Bagi pemegang saham yang tidak menggunakan HMETD-nya, akan terkena dilusi maksimal 22,14% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Adapun untuk pertumbuhan anorganik yakni untuk akuisisi rumah sakit. Sebelumnya pada tahun ini berencana akan mengakuisisi dua rumah sakit pemerintah dan swasta di Jakarta. Selain untuk ekspansi, dana segar hasil rights issue juga akan digunakan untuk refinancing hutang bank.
4. PT Lippo Karawaci Tbk () mencatatkan kenaikan marketing sales 84%, namun dari segi pendapatan masih membukukan penurunan. Pada semester I/2019, perseroan membukukan marketing sales sebesar Rp835 miliar, lebih tinggi 84% dibandingkan dengan semester I/2018 sebesar Rp453 miliar. Perseroan menargetkan untuk mencapai marketing sales sebesar Rp 2 triliun selama tahun 2019. Adapun proyek township yang berkontribusi besar ada di kawasan Kemang, Jakarta Rp102 miliar dan Cikarang Rp451 miliar. Sementara proyek kondominium di Kemang menyumbang Rp47 miliar dan Puri Indah Rp70 miliar. Kendati demikian secara pendapatan segmen pengembangan properti lebih rendah daripada tahun lalu. Manajemen mengatakan pendapatan pengembangan properti pada semester I/2019 turun 37,7% menjadi Rp991 miliar dibandingkan dengan tahun lalu Rp1,59 triliun. Namun perseroan masih optimis bahwa ada kemungkinan segmen properti akan lebih baik pada semester II/2019 dengan usainya Pemilihan Umum yaitu terpilihnya kembali Presiden serta kebijakan yang kondusif terhadap pasar properti bersamaan dengan pemangkasan suku bunga.

Sumber : admin