Kilas Emiten: INTP, TPIA, INTA, STAR, dan SMGR
Tuesday, June 26, 2018       09:05 WIB

Ipotnews - Berikut kilas emiten yang layak diperhatikan dalam transaksi pagi ini, Selasa (26/6):
1. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ( INTP ) mengantongi pertumbuhan penjualan 3% secara tahunan pada Mei 2018 di tengah adanya tren kenaikan harga semen di beberapa area. Secara bulanan, volume penjualan emiten berkode saham INTP tumbuh 16,78%. Tercatat, perseroan mengantongi volume penjualan 1,37 ton pada April 2018. Perseroan berharap tren kenaikan harga akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Sebelumnya, manajemen mengungkapkan akan menaikkan harga jual. Akan tetapi, besaran kenaikan berada di kisaran 1%-2%. Pada kuartal I/2018, harga jual semen perseroan tercatat mengalami kenaikan di beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Harga semen di Jawa Barat dan Jabodetabek sulit untuk ditingkatan mengingat kompetisi antarprodusen yang sangat ketat.
2. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk ( TPIA ) mencatatkan pendapatan US$ 695,28 juta sepanjang tiga bulan pertama di tahun 2018 ini. Pendapatan ini naik 9,88% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 632,74 juta. Meski pendapatan naik, laba TPIA tergerus 31,8% menjadi US$ 73,40 juta. Di kuartal I-2017, laba perusahaan mencapai US$ 107,7 juta. beban pokok pendapatan perseroan membengkak menjadi sebesar US$ 554 juta di kuartal I-2018. Biaya bahan baku meningkat menjadi sebesar US$ 392 juta di tahun 2018 dari sebelumnya sebesar US$354 juta. Penjualan lokal masih mendominasi pendapatan TPIA di kuartal pertama tahun ini. Penjualan lokal sebanyak 74% atau sebesar US$ 514 juta. Sisanya diperoleh dari penjualan yang berasal dari luar negeri. Perseroan mengerek porsi penjualan lokal ini. Kuartal satu tahun lalu, porsi penjualan lokal TPIA sebesar 66,80%. Dari nominal pun, penjualan ekspor turun dari US$ 206,45 juta di kuartal satu tahun lalu menjadi US$ 176,43 juta.
3. PT Intraco Penta Tbk ( INTA ) penjualan alat berat INTA hingga Mei tahun ini mencapai Rp 886,8 miliar, tumbuh 68% dibandingkan di periode yang sama tahun lalu senilai Rp 527,8 miliar. Segmen penjualan INTA cukup merata, yang didukung oleh penjualan di sektor pertambangan, infrastruktur dan general industry. Manajemen berharap, pada semester kedua tahun ini, penjualan alat berat masih bisa menopang kinerja keuangannya. Meski demikian, hasil positif yang diperoleh INTA kemungkinan belum bisa tercermin dalam laba bersih di semester I-2018. Hal tersebut lantaran INTA masih terkendala oleh masalah keuangan anak usahanya, yakni PT Intan Baruprana Finance Tbk ( IBFN ). Perusahaan ini masih membenahi bisnisnya melalui proses restrukturisasi. Perseroan mengatakan saat ini INTA mencari pendanaan baru atau investor agar bisa menyalurkan pembiayaan untuk alat berat lagi.
4. PT Star Petrochem Tbk ( STAR ) mencatatkan pendapatan dan penjualan Rp 33,54 miliar atau tumbuh 18,6% dibanding periode yang sama tahun lalu. Dari pencapaian tersebut, laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp 81,97 juta yang juga tumbuh signifikan dibanding tahun lalu yakni sebesar Rp 56,29 juta. Manajemen mengatakan, perseroan berencana untuk menambah bisnis, atau bahkan merubah bisnis. Dalam keterbukaan informasi, STAR mengalami penurunan pendapatan pada tahun 2017 sebesar 11,57% menjadi Rp 114,49 miliar dari yang sebelumnya Rp 129,48 miliar. Melalui RUPS yang digelar Senin, para pemegang saham STAR juga menyepakati penggunaan laba bersih sebesar Rp 256,33 juta yang terdiri atas dana cadangan Rp 100 juta dan sisanya sebagai laba ditahan untuk kegiatan operasional.
5. PT Semen Indonesia Tbk ( SMGR ) mencatatkan konsumsi semen domestik tumbuh pada kisaran 3,3% secara tahunan pada Mei 2018. Adapun, untuk total Januari 2018-Mei 2018, terjadi pertumbuhan 5,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Perseroan mengungkapkan penjualan emiten berkode saham SMGR itu naik 3% secara tahunan pada Mei 2018. Tercatat, perseroan mengantongi volume penjualan 1,27 juta ton pada Mei 2017.
Tekanan untuk harga penjualan semen masih berlanjut. Hal tersebut akibat kelebihan pasokan yang melanda industri di dalam negeri. Perseroan menambahkan saat ini konsumen semen lebih banyak pilihan. Untuk itu, perusahaan mencoba untuk menjaga mereka tetap setia atau menarik konsumen baru. Manajemen memproyeksikan volume penjualan akan mengalami penurunan pada Juni 2018. Kondisi itu akibat libur Lebaran 2018.

Sumber : admin