Kilas Emiten: PTBA, CTRA, DEWA, dan RIGS
Thursday, January 17, 2019       08:46 WIB

Ipotnews - Perhatikan kilas emiten berikut, untuk memperkaya referensi sebelum memulai transaksi pagi ini, Kamis (17/1):
1. PT Bukit Asam Tbk () membidik penjualan batu bara ke pasar ekspor sebesar 12 juta ton atau sekitar 40% dari target volume penjualan tahun ini yang mencapai 24 juta-26 juta ton. Perseroan juga merencanakan akan mengkombinasikan batu bara kalori medium dan kalori tinggi untuk keperluan ekspor. Perseroan masih memasarkan batu bara ke dalam dan luar negeri dengan perbandingan 60%:40%. Adapun selama Januari-September 2018, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp16,04 triliun meningkat 20,68% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar Rp13,28 triliun. Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp3,93 triliun, naik 49,67% secara yoy dari posisi Rp2,63 triliun.
2. PT Ciputra Development Tbk () membukukan marketing sales senilai Rp6,4 triliun sepanjang 2018, lebih rendah dibandingkan dengan 2017 yang sempat mencapai Rp7,64 triliun. Capaian perseroan hingga akhir 2018 setara 83,11% dari target yang dipasang oleh perseroan. Pada tahun 2018, perseroan hanya meluncurkan tiga proyek yakni CitraLand Vittorio Surabaya, Citra Niaga Plaza Batam dan Newton 2 Jakarta. Ketiga proyek tersebut membukukan marketing sales masing-masing senilai Rp234 miliar, Rp197 miliar dan Rp76 miliar. Pada tahun ini, perseroan berencana untuk meluncurkan 6 proyek baru. Selain itu, perseroan mengalokasikan belanja modal senilai Rp2,5 triliun untuk kebutuhan penambahan landbank dan penyelesaian konstruksi. Belanja modal perseroan sebesar 60% akan digunakan untuk mengakuisisi lahan dan sisanya untuk penyelesaian kontruksi bangunan. Mengutip laporan keuangan, perseroan masih memiliki lahan untuk pengembangan dengan nilai Rp6,8 triliun hingga September 2018. Nilai lahan paling besar berada di Surabaya, Sidoarjo, Medan, Denpasar, Makassar, Bogor, Bandung dan Bandar Lampung dengan total Rp4,08 triliun. Lalu sisanya berada di Jabodetabek, Bali, Jakarta dan Jambi.
3. PT Darma Henwa Tbk () memastikan capaian kinerja operasional pada tahun lalu sesuai dengan target yang ditentukan. Untuk target produksi batubara, perseroan memasang target batubara sebesar 13,5 juta ton. Sementara untuk target overburden removal tahun lalu sebanyak 100 juta bank cubic meter (bcm). Manajemen mengungkapkan, pihaknya akanmemiliki kemampuan untuk memproduksi dua kali lipat sebesar 25 juta ton di tahun depan. Sekarang ini perseroan mengelola empat proyek yakni proyek batubara Bengalon milik PT Kaltim Prima Coal, Proyek Batubara Asam Asam milik PT Arutmin Indonesia, Proyek Batubara Satui milik PT Cakrawala Langit Sejahtera. Guna mencapai target operasional, kini perseroan terus berupaya untuk meningkatkan utilisasi alat berat. Dalam waktu dekat, perseroan pun masih akan fokus dalam perbaikan fundamental operasi perusahaan. Pada tahun ini, perseroan juga sudah menyiapkan belanja modal maksimal sebesar US$ 30 juta, nilai ini lebih rendah daripada capex pada tahun lalu sebanyak US$ 40 juta. Komposisi sumber pendanaan capex perseroan diperkirakan sekitar 40% berasal dari kas perusahaan, 50% dari vendor, dan 10% dari leasing.
4. PT Rig Tenders Indonesia Tbk () secara resmi mengakhiri perkara hukum dengan PT Petrus Indonesia. Pasalnya, perseroan telah mencapai kata sepakat dengan Petrus Indonesia terkait pelunasan tagihan sebesar S$ 71.935,50. Tagihan tersebut merupakan ekses dari Surat Somasi II yang dilayangkan Petrus Indonesia pada 17 Desember 2018 lalu. Pelunasan tagihan oleh Rig Tenders Indonesia otomatis membuat surat somasi yang dilayangkan oleh Petrus Indonesia dicabut. Sebagai informasi saja, Petrus Indonesia melayangkan Surat Somasi II kepada karena adanya perbedaan pendapat mengenai besaran tagihan dalam statement of account yang melibatkan keduanya. Petrus Indonesia menyatakan mempunyai tunggakan dan denda dengan jumlah seluruhnya mencapai S$ 241.973,63. Tetapi perseroan mengklaim jumlah tagihan yang dimiliki tidak lebih dari S$ 71.935,50. Perbedaan jumlah tersebut yang akhirnya menimbulkan masalah diantara kedua perusahaan tersebut.

Sumber : admin