Kilas Emiten: WSBP, ADHI, UNVR, TBLA, dan GPRA
Monday, September 24, 2018       08:42 WIB

Ipotnews - Sebelum memulai transaksi pagi ini, Senin (24/9), tak ada ruginya memperhatikan kilas berita sejumlah emiten berikut:
1. PT Waskita Beton Precast Tbk () tidak khawatir dengan prediksi tekanan rupiah di tahun depan. Sebelumnya, Badan Anggaran DPR dan pemerintah sepakat mengubah asumsi kurs rupiah terhadap dollar di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) 2019 dari semula Rp 14.400 menjadi Rp 14.500 per dollar AS. Perseroan mengatakan, utang saat ini sepenuhnya dalam bentuk rupiah. Praktis, tidak ada kewajiban untuk membayar utang dalam dollar AS. Sementara untuk bahan baku, hampir seluruhnya berasal dari dalam negeri. Perusahaan sudah melakukan antisipasi jauh-jauh hari dengan melakukan kontrak payung terhadap suplier besi baja.
2. PT Adhi Karya Tbk () telah mengantongi kontrak baru senilai Rp 8,91 triliun hingga akhir Agustus 2018. Jumlah ini meningkat 14% ketimbang bulan sebelumnya sebesar Rp 7,43 triliun. Berdasarkan tipe pekerjaan, mayoritas kontrak baru merupakan proyek gedung yang mencapai 77,3%. Disusul berikutnya oleh proyek jalan dan jembatan sebesar 8,6%, sementara proyek infrakstruktur lain mengisi porsi yang tersisa. Manajemen menyampaikan, pihaknya yakin masih bisa mendapatkan kontrak baru hingga sebesar Rp 23,35 triliun di akhir tahun nanti. Peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tidak berdampak pada kinerja . Hal ini mengingat seluruh kontrak pekerjaan perusahaan dilakukan dalam nominal rupiah. Selain itu, belum ada pula proyek-proyek infrastruktur yang mengalami penundaan akibat sentimen tersebut.
3. PT Unilever Indonesia Tbk () Pelemahan rupiah diakui perusahaan akan mempengaruhi operasional. Biaya perusahaan bisa menanjak lantaran sejumlah bahan baku perusahaan, minyak kelapa sawit misalnya, serta kemasan berhubungan dengan mata uang keras seperti dollar AS, euro, dan poundsterling. Namun, Unilever juga punya cara untuk mengantisipasi fluktuasi valuta. Lebih dari 5% pendapatan Unilever berasal dari ekspor dalam bentuk dollar AS. Unilever memanfaatkan hal tersebut untuk membayar cost dengan invoice mata uang asing. Perusahaan juga terus berupaya melakukan strategi untuk melawan pelemahan mata uang rupiah dengan cara terus melakukan efisiensi di semua lini usaha.
4. PT Tunas Baru Lampung Tbk () tetap yakin target pendapatan sebesar Rp 9 triliun sampai akhir tahun bisa dicapai. Untuk mencapai target tersebut emiten perkebunan fokus mengembangkan bisnis minyak goreng dan gula. Kinerja turun tipis di semester I-2018. Hingga akhir Juni 2018, pendapatan yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 4 triliun atau turun 4,7% dari semester I-2017 yang mencapai Rp 4,2 triliun. Untuk saat ini, fokus mengembangkan produksi minyak goreng. Soal produksi gula hingga saat ini, memproduksi 200.000 ton gula. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan tahun lalu yang sebesar 250.000 ton. Tahun depan, menyiapkan belanja modal (capex) Rp 500 miliar. Anggaran ini lebih besar dari tahun ini yang sebesar Rp 300 miliar.
5. PT Perdana Gapuraprima Tbk () mempertahankan target penjualan Rp 600 miliar di tahun 2018 ini. Angka tersebut ditargetkan tumbuh 63,59% dari capaian penjualan 2017 yakni Rp 366,75 miliar. Perseroan mengatakan, saat ini marketing sales atau penjualan sudah mencapai 70% hingga 75% dari target, atau sekitar Rp 420 miliar hingga Rp 450 miliar. Sedangkan di laporan keuangan kuartal II 2018, perusahaan itu membukukan pertumbuhan penjualan 2,77% menjadi Rp 195,93 miliar dari periode yang sama tahun lalu. Gapura berencana untuk menerbitkan produk seperti ruko dan rumah dalam bentuk skala kecil di di Bukit Cimanggu City dan Metro Cilegon. Untuk segmentasinya adalah kelas menengah, dengan luas tanah 90 meter persegi. Untuk launching produk tersebut, manajemen menjelaskan sumber pendanannya masih berasal dari capital expenditure (capex) 2018 atau belanja modal yang ditargetkan kurang dari Rp 200 miliar. Di mana, total serapan capex perusahaan saat ini di klaim sudah mencapai 60%.

Sumber : admin