Kinerja Walmart Dongkrak Wall Street, Dow Bangkit dari Sesi Terburuk 2019
Friday, August 16, 2019       05:13 WIB

Ipotnews - Saham Wall Street menguat, Kamis, menghentikan penurunan tajam pada sesi sebelumnya, karena laba raksasa ritel Walmart dan angka penjualan ritel yang kuat membuat investor percaya bahwa konsumen AS bisa membantu negara itu menghindari resesi.
Dow Jones Industrial Average mengakhiri sesi  volatile  dengan kenaikan 99,97 poin, atau 0,39%, menjadi 25.579,39 setelah mencatatkan hari terburuk tahun ini pada sesi Rabu, demikian laporan   CNBC   dan  AFP , di New York, Kamis (15/8) atau Jumat (16/8) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 meningkat 0,25%, atau 7 poin, menjadi 2.847,6, sedangkan Nasdaq Composite Index turun 7,32 poin atau 0,09% menjadi 7.766,62.
Penjualan ritel menguat pada Juli dan mengalahkan ekspektasi, tutur Departemen Perdagangan Amerika, Kamis. Konsumen membelanjakan lebih banyak uangnya di toko dan restoran, bulan lalu, sebuah tanda bahwa kekhawatiran perlambatan global yang mengguncang pasar keuangan belum menekan optimisme konsumen.
Walmart melaporkan laba lebih baik dari perkiraan dan menaikkan prospek untuk setahun penuh, mengirim sahamnya melambung 6,1%. Pengecer itu melihat pertumbuhan dalam bisnis domestik intinya serta operasi  online , menandai kuartal ke-20 untuk kenaikan penjualan berturut-turut di AS.
"Data ekonomi pagi ini memiliki efek menenangkan di pasar ekuitas," kata Larry Adam, Kepala Investasi Raymond James. "Kemarin dengan semua kekhawatiran yang berkembang tentang resesi global termasuk AS, angka-angka hari ini menunjukkan, konsumen khususnya, tetap kuat di sini."
Dow merosot 800 poin, atau 3%, pada sesi Rabu, penurunan terbesar 2019 di tengah sinyal resesi dari pasar obligasi. Imbal hasil US Treasury 10-tahun sempat menembus di bawah tingkat 2-tahun. Inversi kurva imbal hasil ini menjadi indikator resesi ekonomi yang andal.
Kamis, kurva tersebut melayang di sekitar titik inversi. Sementara itu, imbal hasil US Treasury bertenor 30-tahun juga jatuh ke level terendah sepanjang sejarah dan  yield  US Treasury 10-tahun mencapai titik terendah dalam tiga tahun. Investor beralih ke obligasi pemerintah jangka panjang di tengah ketidakpastian geopolitik dan perlambatan global minggu ini.
Berita perdagangan yang cukup positif juga membantu sentimen, Kamis. Penyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri China memicu optimisme tentang resolusi perdagangan dengan Amerika.
Itu terjadi setelah Beijing mengatakan bakal mengambil langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan untuk tarif terbaru AS atas barang China senilai USD300 miliar, menambahkan bahwa tarif Washington melanggar konsensus yang dicapai oleh pemimpin kedua negara.
"Pasar bingung tentang bagaimana kemungkinan hasilnya," kata Brent Schutte, analis Northwestern Mutual. "Di masa lalu ada pernyataan langkahh positif yang mengarah ke mana-mana, yang saya pikir menyebabkan pasar masih skeptis."
Minggu ini, Presiden Donald Trump memutuskan untuk menunda tarif pada sejumlah barang China, dan langsung mengeluarkan beberapa item dari daftar tarif tersebut, sebuah langkah untuk menghindari dampak negatif pada musim belanja liburan. Pengumuman itu mendorong Dow melonjak lebih dari 300 poin, Selasa. Keuntungan itu hilang dalam aksi jual besar-besaran, Rabu.
Saham Cisco anjlok 8,6%, Kamis, setelah mengatakan laba di masa mendatang akan lebih ringan dari perkiraan karena "dampak signifikan" perang perdagangan AS-China. Raksasa teknologi itu juga mengatakan pendapatan dari China turun 25% pada kuartal terakhir secara tahunan.
Saham General Electric anjlok 11,3%, terbesar dalam 11 tahun, setelah  whistleblower  Madoff, Harry Markopolos, mengatakan dia menemukan "pendekatan bisnis Enronesque yang membuat GE di ambang kebangkrutan." (ef)

Sumber : Admin