Ipotnews - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk () membukukan kinerja 2018 sejalan dengan perkiraan dan ekspektasi untuk 2019 dipertahankan, namun rating saham perseroan diturunkan menjadi Hold (dari semula Buy) meski dengan target harga yang dinaikkan menjadi Rp4.000 dari sebelumnya Rp3.750.
Laba bersih mencapai Rp32,4 triliun pada 2018 (FY18) atau naik 11,6% (yoy). Capaian ini sejalan dengan estimasi Tim Analis Indo Premier Sekuritas dan perkiraan konsensus. Dorongan laba terutama dari laba kuartal IV (4Q18) yang naik 3,4% (qoq), berkat pendapatan non-bunga lainnya, yang mengimbangi pemberian pinjaman yang lebih tinggi secara tak terduga pada kuartal terakhir (+ 30% qoq). Laba inti, sebelum provisi, tumbuh moderat sebesar 9,5% di FY18, didorong oleh pertumbuhan B/S yang kuat (pinjaman: + 14%; deposito: + 12%), meskipun secara parsial diimbangi dengan penurunan NIM, dengan non-bunga yang kuat. Pertumbuhan pendapatan (+ 21%) dan pertumbuhan biaya operasional yang moderat sebesar 9,2% (vs 10,9% pada FY17). Penurunan provisi pinjaman (-5%) dan meningkatnya pendapatan dari pemulihan NPL (+ 23%) juga berkontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan . Sementara itu, metrik profitabilitasnya sebagian besar tidak berubah dengan ROAA / ROAE sebesar 2,77% / 19,2% di FY18.
NIM menyempit
Dalam perhitungan Tim Analis Indo Premier, NIM terkonsolidasi menyempit menjadi 7,07% di FY18 (-46bps yoy), yang diperkirakan karena kenaikan suku bunga, suku bunga pinjaman (karena pinjaman mikro & pembayaran gaji yang tinggi), dan pertumbuhan deposito yang kuat, dengan sebagian besar dari tekanan NIM yang terjadi di 4Q (-44bps qoq).
Untuk 2019, menargertkan pertumbuhan kredit sebesar 12-14% dan NIM-nya (khusus bank) turun menjadi 7.2-7.4% di FY19F (FY18: 7.45%). Mengurangi tekanan NIM dalam jangka panjang adalah rencana perseroan untuk menumbuhkan pinjaman mikro yang berimbal hasil tinggi, lebih cepat daripada pinjaman korporasi, untuk meningkatkan kontribusi hingga 40% dari portofolio pinjaman pada tahun 2022 (vs 34% pada 2018).
Kualitas aset
Rasio NPL stabil di 2,1% meskipun pinjaman dengan perhatian khusus meningkat menjadi 3,6% (dari 4,1%), meskipun kualitas pinjaman menengah dan pinjaman korporasi BUMN memburuk. Namun, Tim Analis Indo Premier memperkirakan NPL baru telah meningkat menjadi 2,0% di FY18 (vs 1,7% di dua tahun sebelumnya), sebagaimana tercermin dalam penghapusan kredit yang lebih tinggi sebesar Rp12,2 triliun di FY18 (FY17: Rp9.5tn). Namun, biaya kredit masih meningkat menjadi 2,2% di FY18 (FY17: 2,4%). Untuk 2019, manajemen menargetkan biaya kredit 1,9-2,1% dan pendapatan tumbuh 10-12% (sama dengan target 2018).
Valuasi
Tim Analis Indo Premier mempertahankan prakiraan pendapatan untuk 2019, tetapi menaikkan target harga menjadi Rp4.000, dengan penilaian berdasarkan nilai buku FY19F, dengan GGM-derived target P/B sebesar 2,39x, dengan asumsi RO RO LTE 18,6%, pertumbuhan LT 9 %, biaya ekuitas 13%.
"Kami memperkirakan LT ROAE berdasarkan analisis DuPont kami, dengan asumsi ROAA sebesar 2,32% dan leverage aset/ekuitas sebesar 8x. Namun, kami menurunkan peringkat kami ke HOLD (dari BUY) karena saham perseroan mengungguli kelompok setara. Faktor risiko utama adalah ketergantungan yang tinggi terhadap subsidi bunga pemerintah, yang dapat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan di masa depan (jika ada)," demikian paparan Tim Analis Indo Premier, Kamis (31/1).
Year To 31 Dec | 2017A | 2018A | 2019F | 2020F | 2021F |
Operating income (RpBn) | 87,431 | 95,638 | 105,273 | 116,481 | 128,717 |
PPOP (RpBn) | 48,990 | 53,644 | 59,303 | 66,216 | 73,929 |
Net profit (RpBn) | 28,997 | 32,351 | 36,233 | 40,481 | 45,072 |
Net profit growth (%) | 10.7 | 11.6 | 12.0 | 11.7 | 11.3 |
FD EPS (Rp) | 235 | 262 | 294 | 328 | 366 |
P/E (x) | 15.9 | 14.3 | 12.8 | 11.4 | 10.3 |
P/B (x) | 2.8 | 2.5 | 2.2 | 2.0 | 1.8 |
Dividend yield (%) | 2.5 | 2.8 | 3.1 | 3.5 | 3.9 |
ROAA (%) | 2.8 | 2.8 | 2.8 | 2.8 | 2.8 |
ROAE (%) | 19.1 | 19.2 | 18.7 | 18.7 | 18.6 |
Source: , IndoPremier | Share Price Closing as of : 30-January-2019 |
Sumber : admin