Kinerja Tahun 2019 Mengecewakan … dan Berpotensi Berlanjut: SELL LPPF
Friday, February 28, 2020       18:16 WIB

Ipotnews - Laporan keuangan PT Matahari Department Store Tbk. () membukukan laba tahun 2019 (FY19) lebih rendah dari estimasi, terutama karena penurunan marjin setelah pengurasan persediaan ( inventory clearance ) dan penjualan di gerai-gerai Matahari ( SSSG ) yang lemah.
" SSSG kuartal IV-2019 (4Q19) yang sangat lemah, turun 1,5%, mungkin belum mencapai titik terendahnya.  Inventory clearance  masih akan berlanjut menggerus marjin laba kotor (GPM)," tulis Kevie Aditya, analis Tim Riset Indo Premier dalam kesimpulan kajiannya, Kamis (27/2).
Tim Riset memprakirakan penurunan laba sebesar 16,8% masih akan berlanjut di FY20F, setelah penurunan 27,7% di FY19.
Laporan keuangan FY19 yang mencatatkan laba inti sebesar Rp1,350 miliar (-27,7% yoy), masih di bawah perkiraan Tim Riset dan konsensus, sekitar 92% dan 91%. Jika dampak penghapusan aset Matahari Mall sebesar Rp770 milyar pada 4Q18, diabaikan, maka laba bersih akan meningkat menjadi 24,6% yoy,
Kevie menyebutkan, penyebab utama rendahnya laba adalah  inventory clearance  besar-besaran di 3Q-4Q19 yang menyebabkan GPM FY19 turun 240 basis poin yoy menjadi 33,9%. Penjualan bersih FY19 yang mendatar di Rp10,3 triliun, masih sejalan dengan ekspektasi Tim Riset dan konsensus di kisaran 101%/99%, didukung SSSG yang mendatar - menyebabkan kurangnya  operating   leverage .
Sementara itu, kinerja di 2020F diperkirakan akan tetap kurang menggembirakan, terutama karena daya beli yang lemah dan diperburuk oleh munculnya virus korona. Meskipun tidak secara langsung mengimpor produk-produk mereka dari China, namun kemungkinan akan mengalami gangguan dari pemasok karena terhambatnya impor bahan baku dari China.
SSSG 4Q19 yang sudah cukup buruk, turun 1,5%, mungkin akan lebih buruk lagi di 1Q20. "Kami sekarang mengekspektasikan SSSG turun 2% di FY20F (dari perkiraan sebelumnya, naik 2%). Selain itu, kami percaya juga akan terus menghapus persediaan yang sudah tua, yang berarti GPM akan tetap lemah dalam beberapa kuartal mendatang," ungkap Kevie.
Memulai tahun ini, menyambut CEO baru, Terry O'Connor (dari Courts Asia). Ketika pertama kali berbicara tentang pendapatan FY19, ia mengakui perlunya membuat produk toko yang benar, termasuk keputusannya untuk terus membersihkan persediaan yang sudah menua.
Selain itu, ia juga berkomitmen untuk tidak membuka lagi toko khusus; dan berencana untuk menghentikan toko khusus "361 Degree" (yang baru dibuka pada bulan Desember 2018). "Dalam pandangan kami, meskipun strategi ini mungkin diperlukan untuk jangka panjang, sentimen jangka pendek mungkin negatif," Kevie menambahkan.
Oleh karena itu, meskipun penilaian pada  forward  P/E 8,7x 12M terlihat menarik, namun fundamentalnya menunjukkan sebaliknya. "Kami memangkas estimasi laba FY20-21F sebesar 26-29%, sehingga menurunkan target harga (TP) berbasis DCF ( Discounted Cash Flow ) sebesar Rp2.800 (menyiratkan 7,4x 2021F P/E), dan menurunkan rekomendasi kami menjadi SELL (sebelumnya: HOLD )."
"Satu-satunya katalis adalah potensi merjer dan akuisisi (M&A) dan dividen yang solid sebesar 10,6%/8,7%." (Tim Riset Indo Premier)

Sumber : Admin