Kombinasi 5 Faktor Eksternal Ini Menekan IHSG Turun 3,17% Secara Year to Date
Thursday, June 01, 2023       13:26 WIB

Ipotnews - IHSG melemah sebesar 3,17% (year to date) per akhir Mei 2023 karena kombinasi 5 faktor. Semua faktor tersebut berasal dari eksternal.
Mengutip data Ipotnews, dalam penutupan perdagangan saham Rabu (30/5/2023), IHSG berakhir di level 6.633. Capaian tersebut menunjukkan pelemahahan sebesar 3,17% dibandingkan penutupan akhir tahun lalu Jumat (30/12/2022) yang berhenti di level 6.850.
Sementara dalam penutupan perdagangan saham akhir tahun lalu, IHSG mengalami penguatan sebesar 4,09% dibandingkan penutupan Kamis (30/12/2021) yang berakhir di level 6.581,48.
Praktisi Pasar Modal dan Dosen Magister Ekonomi Universitas Atma Jaya dan Trisakti, Hans Kwee mengatakan IHSG akhirnya terdepresiasi sepanjang tahun berjalan karena lima faktor, dan semuanya eksternal. Karena fundamental ekonomi Indonesia sangat bagus dari berbagai aspek.
"Faktor pertama adalah kekhawatiran terhadap ancaman gagal bayar utang Pemerintah Federal yang membuat Amerika Serikat terancam bangkrut. Memang tercapai kesepakatan tentatif akhir pekan lalu. Tetapi selama berminggu minggu, ketidakpastian ini negatif bagi pasar," kata Hans saat dihubungi Ipotnews, Kamis (1/6).
Faktor kedua adalah kebijakan Federal Reserve yang sangat agresif dalam menaikan suku bunga acuan sejak Maret 2022. Namun sampai kini inflasi AS masih cukup tinggi di atas target the Fed. Data ekonomi AS juga masih kuat yang diprediksi membuat inflasi AS tinggi masih membandel.
"Jadi kenaikan suku bunga acuan the Fed yang harusnya stop pada Mei lalu, diprediksi berlanjut bulan ini. Diperkirakan masih naik 25 basis poin lagi," ujar Hans.
Faktor ketiga adalah kekhawatiran terhadap risiko penyebaran krisis likuiditas perbankan regional di Amerika. Ini juga sempat menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global dan berimbas ke Indonesia meski sekarang sudah mereda.
Faktor keempat, adalah menurunnya harga komoditas di pasar global. Ini tak lepas dari perlambatan ekonomi dunia akibat inflasi tinggi yang disertai kenaikan suku bunga acuan di banyak bank sentral. Akibatnya harga minyak dunia merosot dan menyeret penurunan harga komoditas lain seperti batu bara dan CPO.
"Tentu ini juga berimbas pada kinerja IHSG pada tahun ini," tambah Hans.
Faktor kelima adalah Rabu kemarin, Biro Statistik Nasional China merilis data PMI Manufaktur yang melanjutkan trend negatif di level 48.8 pada Mei 2023. Angka ini melanjutkan kontraksi dari bulan April 2023 (49.2) sekaligus di bawah ekspektasi kenaikan ke 49.4.
Memburuknya kontraksi pada sektor manufaktur China sebagian besar disebabkan oleh penurunan pada beberapa komponen. Sub-indeks pesanan baru (new orders) merosot dari 48.8 menjadi 48.3, sementara sub-indeks pesanan ekspor turun dari 47.6 menjadi 47.2; ini mengindikasikan berlanjutnya pelemahan permintaan dari luar negeri.
Seiring dengan penurunan di sektor manufaktur, PMI Non-Manufaktur China melemah dari 56.4 menjadi 54.5 pada bulan Mei. Kendati masih dalam kondisi ekspansi, laju perkembangannya terus melambat dalam 3 bulan terakhir, mencerminkan sikap konsumen yang mulai menahan pengeluaran mereka untuk industri jasa.
Momentum pemulihan ekonomi China seakan kehabisan tenaga ketika memasuki kuartal II-2023. Sejumlah komponen utama seperti belanja konsumen dan properti terus berjuang untuk pulih setelah terperosok tajam dalam tiga tahun terakhir akibat pandemi Covid-19.
"Ini juga menjadi sentimen negatif yang turut mempengaruhi pelaku pasar sehingga berimbas pada pelemahan IHSG sejauh ini," tutup Hans.
(Adhitya)

Sumber : admin