Kurs Rupiah Menguat Tipis Ditopang Tiga Faktor Dalam Negeri
Friday, January 28, 2022       15:58 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah berakhir menguat di akhir pekan ini di tengah pergerakan indeks dolar AS yang juga menguat. Penguatan kurs rupiah lebih disebabkan oleh tiga faktor internal Indonesia sendiri.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (28/1) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah tengah akhirnya ditutup pada level Rp14.374 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 15 poin atau 0,10% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Kamis sore kemarin (27/1) di level Rp14.389 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS masih dalam posisi menguat pada akhir pekan sore ini. "Selain karena efek pernyataan The Fed soal kenaikan suku bunga acuan sejak Maret 2022, juga karena capaian pertumbuhan ekonomi AS yang bagus pada 2021," kata Ibrahim saat dihubungi Ipotnews, Jumat sore.
Ekonomi AS pada Q4 2021 tercatat tumbuh 6,9%. Capaian ini melebihi survei ekonom yang dilakukan Dow Jones, yang memperkirakan kenaikan 5,5%. Dalam laporan Departemen Perdagangan AS pada Kamis (27/1), peningkatan itu juga di atas pertumbuhan Q3 2021. Di mana PDB yang tidak direvisi tercatat 2,3%.
Pertumbuhan ekonomi AS ditopang oleh peningkatan investasi di sektor produksi swasta. Ini juga karena peningkatan permintaan konsumen yang kuat sebagaimana tercermin dalam pengeluaran konsumsi pribadi, ekspor dan pengeluaran bisnis yang diukur dengan investasi tetap non-perumahan.
Secara keseluruhan sepanjang tahun 2021 ekonomi AS tercatat tumbuh 5,7% yoy. Ini merupakan laju pertumbuham terkuat sejak tahun 1984.
Dari dalam negeri, kemarin Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan defisit fiskal dan utang Indonesia selama pandemi termasuk yang paling terkendali dan produktif dalam menjaga maupun mengembalikan tekanan ekonomi sehingga menjadi lebih baik. Ini menjadi sentimen positif bagi pasar sehingga rupiah bisa menguat tipis pada sore ini.
"Ini faktor pertama. Faktor kedua adalah kenaikan harga komoditas seperti batubara dan CPO yang dianggap menguntungkan Indonesia. Faktor ketiga adalah perkembangan hasil tax amnesty jilid II yang semakin bagus," tutup Ibrahim.
Sri Mulyani mengatakan hal ini terbukti karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan level Produk Domestik Bruto (PDB) yang sudah kembali ke kondisi pra pandemi. "Kita sudah melihat momentum pemulihan ekonomi sudah cukup baik dan ini yang akan terus kita jaga," katanya dalam Raker bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis (27/1).
Indeks PDB riil Indonesia pada 2021 telah mencapai level 101,1 atau lebih baik dibanding level 100 saat awal pandemi 2019 sedangkan Brasil 100,5, India 98,7, Afrika Selatan 98, Arab Saudi 97,7, Myanmar 96,4, Meksiko 96,3, Thailand 94,4 dan Filipina 94,3.
Capaian pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh defisit fiskal yang relatif terkendali dibanding negara lain yakni Indonesia sepanjang 2020 sampai 2021 menambah defisit 10,8%.
Untuk Myanmar 11,1%, Thailand 11,6%, Filipina 13,4%, Arab Saudi 14,4%, China 18,7%, Afrika Selatan 19,3%, Brasil 19,5% dan India 24%. "Jadi kita bisa bayangkan konsolidasi fiskal dari negara-negara yang countercyclical-nya lebih dalam akan lebih berat," ujar Sri Mulyani.
(Adhitya)

Sumber : Admin