Laba Kotor dan Penjualan Sektor Ritel Turun, Kinerja Kuartal III-2019 Mengecewakan
Friday, November 01, 2019       14:43 WIB

Ipotnews - Mengakhiri kuartal III-2019 (3Q19) kinerja keuangan perusahaan sektor ritel di Bursa Efek Indonesia terbilang mengecewakan. Apalagi, 3Q19 adalah kuartal pertama setelah 1Q15, dimana para emiten sektor ritel membukukan penurunan laba. Penurunan tersebut terutama karena penurunan marjin laba kotor (GPM) dan lemahnya pertumbuhan penjualan di jaringan toko peritel yang sama ( SSSG ).
Kajian Tim Riset Indo Premier menyimpulkan, kinerja PT Mitra Adiperkasa Tbk, () hingga September 2019 (9M19) berada di atas perkiraan konsensus, walaupun kinerja 3Q19 mengecewakan. Sementara itu, kinerja PT Ace Hardware Indonesia, Tbk () dan PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk (), sejalan dengan konsensus. Sedangkan kinerja PT Matahari Department Store, Tbk () di bawah perkiraan konsensus.
"Kami memperkirakan penurunan lebih lanjut akan terjadi setelah hasil 3Q19 yang buruk dan kurangnya katalis ketika memasuki 4Q19," tulis analis Indo Premier, Kevin Aditya dan Elbert Satiadharma,dalam kajiannya, Kamis (31/11). Mereka menurunkan penilaiannya terhadap sektor ini menjadi netral
Meskipun dalam  preview note  3Q19, mereka sudah memperkirakan bahwa hasil 3Q19 akan lemah, namun mereka menilai bahwa hasil yang sebenarnya bahkan lebih buruk dari yang diharapkan. Penurunan GPM 3Q19 di semua peritel dibanding periode yang tahun lalu (yoy), menyiratkan peningkatan biaya promosi untuk meningkatkan penjualan.
"Meskipun demikian, SSSG 3Q19 masih lemah, yang menyebabkan memburuknya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan ( operating leverage ). Akibatnya, pendapatan inti 3Q19 yoy di semua peritel turun, membuat yang mencatatkan keuntungan yang mendatar di 3Q19, terlihat sedikit lebih baik," imbuh Kevin dan Elbert.
: Sesuai harapan, meskipun ada penurunan margin yang signifikan
Meskipun laba bersih inti tumbuh 10,4% yoy, menjadi Rp732milyar di 9M19 (sejalan dengan perkiraan Indo Premier dan konsensus), laba inti di 3Q19 tetap datar di kisaran Rp250 milyar. Sementara itu, SSSG di 3Q19 naik 8% (sebagian berkat kasus pemadaman listrik di Jabodetabek pada Agustus lalu dan pergeseran program Boom Sale ke September). GPM 3Q19 masih menurun 90bps yoy (meskipun naik 60bps dibanding kuartal sebelumnya [qoq]) menjadi 45,6%. "Kondisi tersebut diperburuk lagi oleh biaya gaji yang lebih tinggi, yang terus meningkat terutama karena membuka lebih banyak toko baru di paruh kedua tahun ini."
: Mengecewakan meskipun ekspektasi investor sudah rendah
GPM turun 380bps yoy menjadi 30,8% (terendah yang pernah ada) dan jauh di bawah harapan. Sementara itu, SSSG 3Q19 tetap lemah sebesar 0,1%, menyebabkan penurunan  operating leverage.  "Kami telah menurunkan estimasi laba inti 2019F-21F sebesar 5-12% pada 28 Oktober."
: 3Q19 mengecewakan
Meskipun GPM meningkat sebesar 340bps yoy di 2Q19, GPM 3Q19 hanya meningkat sebesar 40bps yoy, sehingga tidak cukup baik untuk menutup kenaikan rasio belanja operasional ( opex ) terhadap penjualan pada kuartal tersebut. Akibatnya, meskipun laba bersih inti di 9M19 mencapai Rp914miliar, atau di atas ekspektasi konsensus, tetapi penurunan laba inti di 3Q19 (-19,6% yoy, atau -59,5% qoq) sangat mengecewakan investor. Kekecewaan itu, "terutama karena harga saham sejak awal tahun ini (ytd) mencapai 24,2% , mengungguli saham-saham emiten sejenis."
: Hampir tidak memenuhi harapan; penghasilan inti turun menjadi hanya setengah
SSSG 3Q19 melemah 0,5% seperti yang diekspektasikan, tetapi penurunan GPM 3Q19 sebesar 55bps yoy dan kenaikan  opex  400% yoy menyebabkan kerugian operasional Rp37bn di kuartal tersebut (vs impas di 3Q18). Penghasilan bunga yang sangat besar (Rp42milyar di 3Q19) menjadi penyelamat, sehingga menghasilkan laba bersih inti Rp22milyar di 3Q19, hampir separuh dari 3Q18. "Meskipun demikian, laba inti 9M19 secara keseluruhan, sesuai dengan harapan kami dan konsensus."

Sumber : Admin