Larangan Penambangan di Filipina Berpotensi Ganggu Pasokan, Nikel Melambung
Wednesday, January 13, 2021       03:50 WIB

Ipotnews - Harga nikel melonjak, Selasa, setelah produsen utama Filipina memerintahkan penghentian penambangan di pulau yang menjadi rumah bagi beberapa proyek.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte melarang penambangan di Pulau Tumbagan di Languyan, di Provinsi Tawi-Tawi, karena kekhawatiran tentang dampak lingkungan.
Meski perintah tersebut tidak mencakup pusat penambangan nikel di wilayah Caraga, potensi gangguan pasokan itu mendongkrak harga.
Harga patokan nikel di London Metal Exchange (LME) melonjak 3,3% menjadi USD17.650 per ton pada pukul 24.00 WIB, menjadikannya pencetak keuntungan terbesar di antara logam dasar lainnya, demikian laporan  Reuters,  di Johannesburg, Selasa (12/1).
"Tampaknya ini adalah bagian kecil dari penambangan nikel di Filipina, jadi menarik untuk dicatat, tetapi menurut saya ini tidak memiliki pengaruh besar pada pasokan sebenarnya," kata analis Commerzbank, Daniel Briesemann.
Filipina adalah pemasok bijih nikel terbesar bagi konsumen logam teratas China.
"Dampaknya minimal tetapi tergantung pada apakah itu melampaui area awal. Jika ya, dampaknya signifikan," kata seorang pedagang.
Sementara itu, grup pertambangan Prancis Eramet memperingatkan bahwa unit usaha nikelnya di New Caledonia berisiko mengalami likuidasi dalam beberapa pekan jika aksi protes terus mengganggu operasinya.
Total stok nikel di gudang yang terdaftar di LME naik 372 ton ke level tertinggi sejak Agustus 2018 menjadi 249.198 ton, melambung sekitar 60% dari tahun lalu.
Logam dasar lainnya di kompleks LME, tembaga untuk kontrak pengiriman tiga melesat 1,4% menjadi USD7.977 per ton, aluminium naik 0,6% menjadi USD2.021,50 per ton, seng menguat 0,5% menjadi USD2.781 per ton, timbal melejit 2,9% menjadi USD2.023 per ton dan timah meningkat 0,9% menjadi USD20.890 per ton. (ef)

Sumber : Admin