Mata Uang Asia Bergerak Variatif, Ringgit Berbalik ke Zona Apresiasi
Friday, May 13, 2022       14:36 WIB

Ipotnews - Pasar mata uang Asia bergerak variatif, Jumat, karena investor mempertimbangkan efek dari akselerasi dalam harga konsumen terhadap ekonomi global, sementara ringgit Malaysia berbalik arah untuk membukukan keuntungan marjinal setelah data pertumbuhan ekonomi yang positif.
Dolar Singapura naik 0,2%, sedangkan peso Filipina turun 0,1%, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Jumat (13/5).
Ringgit Malaysia, yang memulai hari ini di zona depresiasi, naik 0,1% setelah rilis data PDB. Pada pukul 13.02 WIB, ringgit diperdagangkan sedikit lebih tinggi menjadi 4,391 terhadap dolar AS.
Malaysia melaporkan bahwa PDB-nya tumbuh 5% pada kuartal pertama, lebih tinggi dari ekspektasi sejumlah ekonom, karena pencabutan pembatasan Covid-19 mendorong aktivitas ekonomi. Saham Malaysia juga naik 0,8%.
Pasar masih mencerna data inflasi Amerika Serikat, Rabu. Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, mengatakan upaya kebijakan melawan inflasi akan "termasuk beberapa rasa sakit," dan menegaskan kembali dukungannya bagi dua kenaikan 50 basis poin berturut-turut.
Imbal hasil US Treasury turun tadi malam karena kekhawatiran pertumbuhan, tetapi naik kembali 31 basis poin menjadi 2,886%. Imbal hasil surat utang Singapura juga naik 50 basis poin menjadi 2,776%.
Rupee India menguat 0,1%, sehari setelah mencapai rekor terendah dan kemungkinan mendorong bank sentral untuk campur tangan, melepas 700 juta dolar untuk menjaga mata uang lokal tetap bertahan, menurut trader.
Kamis, India juga melaporkan harga konsumen meningkat 7,79%, melampaui batas atas 6% dari kisaran toleransi bank sentral untuk bulan keempat berturut-turut dan di atas ekspektasi.
"Sekarang (Reserve Bank of India) dalam  hiking mode  setelah kenaikan 40 basis poin bulan ini, mungkin perlu dipertimbangkan jika langkah selanjutnya perlu 50 basis poin," kata analis ING.
Saham di India mengikuti sentimen Asia yang lebih luas bergerak lebih tinggi, Jumat, setelah aksi jual tajam awal pekan ini, naik 0,8%.
"Sentimen keseluruhan tampaknya melihat sedikit penangguhan di sesi Asia setelah aksi jual baru-baru ini, tetapi pasar mungkin memerlukan katalis bantuan untuk kenaikan yang lebih berkelanjutan," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.
Pasar saham lainnya di Asia menguat hari ini, dengan Singapura melesat 1,1% dan Korea Selatan melonjak 2%.
Namun, saham Indonesi turun 0,1% dan tercatat jatuh lebih dari 10% dari level tertinggi sepanjang masa pada 11 April, dan akan kehilangan hampir 9% pekan ini. Indeks saham utama Asia lainnya juga akan berakhir lebih rendah untuk minggu ini.
Rupiah juga tergelincir 0,1%. Pejabat Kementerian Keuangan mengatakan ekonomi akan tumbuh 5% tahun ini, meski inflasi meningkat, karena ekspor yang lebih tinggi. (ef)

Sumber : Admin