Mata Uang Asia Terpukul Gejolak Ekonomi, Rupiah Sentuh Level Terendah 2 Tahun
Friday, July 01, 2022       15:40 WIB

Ipotnews - Sebagian besar mata uang Asia tumbang, Jumat, dan bersiap untuk mencetak kerugian mingguan karena data yang mengarah ke perlambatan ekonomi mendorong aksi jual, dengan rupiah menyentuh level terendah dua tahun.
Sederet data Amerika Serikat yang dirilis pekan ini, termasuk pertumbuhan belanja konsumen yang lebih lemah dari perkiraan pada periode Mei dan belanja konsumen yang disesuaikan dengan inflasi mengalami kontraksi.
"Secara umum, kekhawatiran yang berkembang atas Amerika dan pertumbuhan global menjaga tekanan pada mata uang Asia," kata Alvin Tan, analis RBC Capital Markets.
Dolar AS yang kuat juga berfungsi sebagai tekanan tambahan bagi mata uang Asia, melesat 0,6% pekan ini, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Jumat (1/7).
Baht Thailand mencatat depresiasi terbesar, kehilangan 0,7% dan di jalur menuju penurunan 0,2% pekan ini.
Rupee India, dengan kerugian mingguan 1%, akan menjadi penurunan terbesar di kawasan itu untuk pekan ini. Mata uang tersebut diperdagangkan melemah 0,2% dan mencapai rekor terendah baru di 79,115 terhadap dolar AS, Jumat.
Negara itu - yang berjuang melawan lonjakan inflasi dari melambungnya harga komoditas - memberlakukan bea ekspor untuk beberapa produk minyak bumi sambil memperkenalkan pajak dan kewajiban pada eksportir minyak untuk menjual ke pasar domestik setara dengan 50% dari apa yang mereka jual ke pelanggan luar negeri.
Namun, langkah tersebut diperkirakan hanya berdampak terbatas pada inflasi dan berfungsi lebih sebagai sumber pendapatan bagi pemerintah dalam jangka pendek, kata Gaurang Somaiya, analis Motilal Oswal. Rupee masih melemah 0,2%.
Awal tahun ini, Indonesia juga sempat menghentikan ekspor minyak sawit dan memberlakukan kewajiban pemenuhan pasar domestik pada pemasok dalam upaya meredam kenaikan harga konsumen.
Indonesia melaporkan inflasi tahunan yang lebih tinggi dari perkiraan, tetapi inflasi inti, yang tidak termasuk beberapa harga yang dikendalikan pemerintah dan bergejolak, berada di bawah ekspektasi pasar.
Gubernur bank sentral mengatakan karena inflasi inti terlihat relatif rendah, Bank Indonesia (BI) tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga. Rupiah melemah 0,3%.
"Kami meyakini BI akan menaikkan suku bunga pada awal Agustus, meski jalur kenaikan BI kemungkinan tidak akan seagresif yang lain di kawasan tersebut," kata analis di ING.
Indonesia juga memangkas prospek defisit fiskal untuk tahun ini karena diprediksi mendapatkan keuntungan dari posisinya sebagai eksportir komoditas.
Terlepas dari pelemahan pasar yang lebih luas, won Korea Selatan mencatat kenaikan 0,1%, yang dikatakan Tan terkait dengan penguatan yen Jepang, karena kedua mata uang tersebut cenderung berkorelasi, sampai batas tertentu, mengingat mereka mengekspor barang serupa.
Data AS yang lemah juga menekan imbal hasil negara itu dan  yield  Asia mencerminkan pergerakan tersebut.
Imbal hasil surat utang Singapura bertenor 10 tahun turun 6,5 basis poin menjadi 2,898%, sementara Indonesia melemah 0,5 basis poin menjadi 7,244%. (ef)

Sumber : Admin