Mata Uang Emerging Asia Rontok Tersengat Kenaikan Suku Bunga Global
Wednesday, September 28, 2022       12:57 WIB

Ipotnews - Gejolak di pasar keuangan dunia menyeret negara-negara emerging Asia, dengan sebagian besar mata uang kawasan melemah, Rabu, karena sikap Federal Reserve yang semakin  hawkish  guna meredam inflasi meningkatkan risiko resesi global.
Ketika banyak negara maju bergulat dengan prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut, dan poundsterling tetap di bawah tekanan karena rencana pemotongan pajak Inggris, Indeks Dolar AS (Indeks DXY) melangkah mendekati level tertinggi dua dekade, membuat sejumlah mata uang, seperti baht Thailand, berjuang di level terendah lebih dari 16 tahun, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Rabu (28/9).
Melonjaknya suku bunga secara global menambah tekanan di seluruh mata uang emerging market, meningkatkan risiko kenaikan biaya pinjaman yang lebih besar di negara-negara tersebut untuk melawan inflasi dan mengurangi premi yang ditawarkan aset berbasis dolar.
Bank of Thailand (BOT) diperkirakan menaikkan suku bunga 25 basis poin lagi, hari ini - bahkan ketika banyak rekan-rekannya memilih kenaikan yang lebih besar untuk melawan inflasi, menurut jajak pendapat  Reuters .
"Penyesuaian pasar yang sedang berlangsung untuk prospek kebijakan Fed yang lebih agresif terus membebani kawasan ini," kata Yeap Jun Rong, analis IG.
Baht Thailand, yang kehilangan hampir 12% tahun ini, turun 0,3% dan bertahan di level terendah sejak Juli 2006.
Inflasi di ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara melejit ke level tertinggi 14 tahun pada Agustus, dan mata uang yang lebih lemah memperburuk tekanan harga dengan menaikkan biaya impor.
Saham di Bangkok melorot 0,8%.
Di tempat lainnya, dolar Singapura dan ringgit Malaysia masing-masing melemah 0,5% dan 0,2%, sementara won Korea Selatan memimpin kerugian di kawasan tersebut karena terdepresiasi 1,2% mencapai level terendah lebih dari 13 tahun.
Indeks DXY naik 0,4% menjadi 114,56, mendekati level tertinggi 114,58 yang dicapai pada sesi Senin.
Rupiah, salah satu mata uang berkinerja terbaik di Asia Tenggara, menyusut 0,7%, sementara Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) menguat.
"Kami memperkirakan USD/IDR akan melesat ke level tertinggi multi-tahun yang baru, mencerminkan hambatan jangka pendek dari penguatan dolar secara luas dan posisi neraca transaksi berjalan yang memburuk dalam jangka menengah," kata analis Barclays.
Namun, Bank Indonesia terus menerapkan langkah "triple intervention" untuk menjaga agar nilai tukar rupiah tidak jatuh secara berlebihan, kata petinggi BI.
Di China, yuan tergelincir 0,6%, terlemah sejak krisis keuangan global pada 2008, bahkan ketika bank sentral negara itu, Senin, mengumumkan langkah-langkah baru untuk memperlambat laju depresiasi yuan baru-baru ini dengan membuatnya lebih mahal untuk berspekulasi terhadap mata uang tersebut.
Peso Filipina adalah satu-satunya titik terang di antara mata uang kawasan karena berhasil mencatatkan kenaikan 0,1%. Namun, indeks saham negara itu merosot 1,2%.
Di pasar saham, ekuitas di Seoul tergelincir 2,8% dan memimpin penurunan. Saham di Singapura dan Kuala Lumpur masing-masing menyusut 1,3% dan 0,5%. (ef)

Sumber : Admin