Mengelola Utang: Utang Baik vs Utang Buruk
Tuesday, November 09, 2021       18:35 WIB

Pada waktu kecil, mungkin kita diajari orang tua untuk menghindari berutang dengan cara apa pun. Atau jika tidak dapat menghindari berutang, harus berusaha untuk secepatnya melunasi utang-utang yang ada.
Tetapi dalam perencanaan keuangan pribadi, kita akan belajar bahwa tidak semua utang itu buruk dan harus dihindari. Berutang dapat dilakukan, karena ada utang yang 'baik', walaupun memang banyak pula utang yang 'buruk' dan harus dihindari.
Utang yang baik adalah utang yang dipakai untuk membeli barang yang bermanfaat dengan usia pakai yang relatif lama. Contoh klasik dari barang yang dapat kita miliki dengan berutang adalah rumahtinggal. Saat ini, kecuali orang yang sangat kaya, jarang sekali ditemui orang yang sanggup membeli rumah tinggal secara tunai.
Utang yang baik juga memiliki ciri-ciri lain, yaitu jangka waktu pengembalian relatif lama dan suku bunga yang 'masuk akal'.
Utang KPR memiliki jangka waktu lama, karena di samping memperhitungkan kemampuan debitur untuk mencicil pembayaran, rumah yang dibeli dengan KPR itu sendiri memiliki masa manfaat yang lama dan nilainya cenderung terus naik. Utang KPR selalu dijamin dengan rumah yang dibeli tersebut.
Jadi, dalam hal debitur berhenti membayar KPR-nya, maka pihak bank dapat menyita rumah tersebut dan menjualnya untuk melunasi utang KPR debitur tersebut. Karena ada jaminan pengembalian utang, bunga KPR yang relatif rendah dapat diberikan kepada nasabah perbankan.
Sebaliknya, utang yang buruk adalah utang yang murni dipakai untuk konsumsi sehari-hari. Contoh utang yang buruk yang banyak terjadi di masyarakat adalah utang kartu kredit. Di samping tujuan penggunaan dana kartu kredit untuk konsumsi sehari-hari, utang kartukredit juga buruk karena bunganya yang cenderung sangat tinggi dan sifat utangnya yang bunga berbunga.
Artinya saldo utang bulan sebelumnya yang tidak dibayar lunas akan dikenakan bunga sejak pokok itu terutang pada bulan lalu dan bunga itu akan menjadi pokok baru (dikenakan bunga lagi) untuk bulan ini.
Suku bunga utang kartu kredit cenderung sangat tinggi karena utang kartu kredit tidak dijamin dengan jaminan apapun. Jadi, dalam hal nasabah (debitur) kartu kredit tidak melakukan pembayaran, maka pihak bank penerbit kartu kredit harus melakukan upaya penagihan yang mahal supaya piutangnya terbayar.
Masalah piutang kartu kredit ini menjadi rumit bagi bank kreditur karena kartu kredit tidak memiliki jaminan dan jumlah yang terutang  per kartu  relatif kecil sekali.
Karena masalah-masalah inilah, bank penerbit kartu kredit membebankan suku bunga pinjaman kartu kredit yang sangat tinggi (dibandingkan suku bunga deposito atau suku bunga kredit komersial lainnya) untuk pinjaman kartu kredit.
Oleh karena itu, kami sangat tidak menganjurkan Anda untuk mengambil pinjaman kartu kredit, kecuali ada promosi pembelian barang yang tidak dikenakan bunga. Selalu hanya mempergunakan kartu kredit untuk keleluasaan bertransaksi saja ( convenience ).
Tetapi, pembayaran kartu kredit selalu harus dilakukan secara penuh, setiap kali tagihan itu datang. Membayar tagihan kartu kredit hanya sebesar nilai pembayaran minimumnya adalah suatu tindakan yang sangat keliru dan akan berimplikasi pada besarnya jumlah utang yang ditanggung kemudian.
Kadang-kadang, suatu utang atas barang konsumsi masih dapat dikategorikan sebagai utang yang baik (dari sudut pandang perencana keuangan pribadi). Misalnya, utang atas Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang dibeli untuk sarana transportasi pergi dan pulang ke kantor. KKB ini berjangka waktu katakanlah tiga tahun dari perusahaan  finance  atau  leasing  ternama (bukan lintah darat).
Saat ini, harga satu unit mobil sudah termasuk sangat mahal bagi kebanyakan orang, sehingga jarang orang sanggup membeli mobil secara tunai. Suku bunga kredit KKB ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan suku bunga deposito atau suku bunga KPR, tetapi masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan suku bunga pinjaman kartu kredit.
Karena utang kredit kendaraan bermotor (KKB) ini dipakai untuk membeli alat transportas bagi pencari nafkah, maka tujuan KKB ini adalah membeli aset produktif. Beda halnya jika KKB itu ditujukan untuk membeli mobil kedua atau mobil ketiga untuk tujuan konsumtif ( life style ). Karena alasan ini, kredit KKB seringkali berada di tengah-tengah antarautang yang baik dan utang yang buruk.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS