Minim Katalis, Saham TOWR Harus Betah di Rating Hold Target Harga Rp680
Tuesday, October 15, 2019       17:26 WIB

Ipotnews - Minimnya katalis membuat saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk () harus betah di rating Hold dengan target harga Rp680, demikian menurut analis sektor telko Indo Premier Sekuritas, Hans Tantio, dalam rilis risetnya akhir pekan lalu.
Dalam paparannya, Hans menyatakan, neraca sehat memungkinkan perusahaan untuk tumbuh secara anorganik melalui penerbitan utang. Untuk , penyewa jangkar dapat memberikan spread pengembalian tanpa lokasi bersama (co-location) dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, pembelian lebih banyak menara secara anorganik melalui utang akan meningkatkan biaya keuangan yang akan berpadu dengan biaya suku bunga, sehingga menekan potensi pertumbuhan laba. "Setelah akuisisi menara XL dan KIN dicampur suku bunga naik dari 5% menjadi 8%, telah menyeret turun potensi laba 2019 sekitar 5%," tegas dia.
Hans melanjutkan, perusahaan telekomunikasi lebih kecil seperti XL Axiata () dan Indosat () memesan serat untuk menara demi meningkatkan kapasitas koneksi mereka. Ini mungkin terbukti bermanfaat untuk pendapatan tetapi dilutif ke arah margin (kurang dari 50% margin Ebitda, yang jauh lebih rendah daripada tingkat campuran saat ini yaitu 84%).
Di sisi lain, telah berhasil mengamankan pembaruan dan perpanjangan lebih dari 9.000 penyewaan menara (c.31% total sewa) yang akan jatuh tempo selama empat tahun ke depan yang ditandatangani berdasarkan perjanjian antara dua operator telekomunikasi (Hutch dan XL). Namun, risikonya berasal dari harga sewa yang lebih rendah, sedangkan sewa lama Hutchison sekitar Rp20juta/bulan/penyewa, yang jauh lebih tinggi dari harga pasar saat ini. Dampak pembaruan perjanjian sewa Hutch (35% lebih rendah) akan mempengaruhi sekitar 2% dari pertumbuhan pendapatan untuk beberapa tahun ke depan dan 7,5% dari NPAT 2020.
Lalu, penggabungan antara XL dan Hutch akan menimbulkan risiko pada dalam jangka menengah karena akan ada perkiraan 7.200 menara lokasi bersama yang berisiko, senilai hampir 20% dari pendapatan 2019 dan Ebitda.
"Meskipun katalis bagi kurang, kami memulai dengan peringkat Hold dengan target harga Rp680/saham (menyiratkan 7,8 kali EV/Ebitda 2020) di tengah penilaian diskon (diskon 40% dari ). Katalis ke depan adalah pembatalan merger (XL dan Hutch) dan pertumbuhan organik yang lebih tinggi," tegas Hans.
Akuisisi menara Indosat
Pada awal pekan ini, Senin (14/10), terjadi perkembangan baru di mana Indosat Ooredoo () meneken perjanjian jual beli dan sewa menara induk dengan Dayamitra Telekomunikasi dan . Dalam perjanjian itu, akan menjual 1.000 menara ke Protelindo, anak usaha . Lalu, sebanyak 2.100 menara akan dijual kepada Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel, yang merupakan anak usaha Telekomunikasi Indonesia ().
Terkait hal itu, Hans memaparkan bahwa dari sisi , jika diasumsikan akuisisi 1.000 menara didanai melalui utang dengan tingkat 8,0%, perseroan akan menghasilkan laba Rp6,4 miliar. "Kami melihat dampak akuisisi menjadi netral terhadap saham (). Pasar menetapkan harga dalam rasio sewa 1,8 kali (total lokasi bersama Indosat), tetapi 3.100 menara yang terjual memiliki rasio sewa sekitar 1,7 kali.
Lalu, jika akuisisi 1.000 menara didanai tunai, Hans melihat ini merupakan skenario terbaik untuk . Diperkirakan memiliki saldo kas sekitar 1,9 triliun per 6M19 dan menghasilkan sekitar Rp1,3 triliun di Ebitda per kuartal. Namun, harus diingat bahwa perseroan harus membayar dividen interim pada bulan Desember yang berjumlah sekitar Rp300 miliar.
Sebagai gambaran, menara yang diakuisisi dari akan menghasilkan sekitar 3,6%/3,5% pada masing-masing penghasilan 2020/Ebitda.

Sumber : admin

berita terbaru
Friday, Apr 26, 2024 - 10:27 WIB
Hasil RUPS Tahunan April 2024 VINS
Friday, Apr 26, 2024 - 10:19 WIB
Hasil RUPS Tahunan April 2024 AALI
Friday, Apr 26, 2024 - 10:00 WIB
Hasil RUPS Tahunan April 2024 ASJT
Friday, Apr 26, 2024 - 09:52 WIB
Hasil RUPS Tahunan April 2024 ASGR
Friday, Apr 26, 2024 - 09:42 WIB
Hasil RUPS Tahunan April 2024 SCNP