Minyak Bergairah Lagi di Tengah Optimisme Penurunan Kasus Virus China
Wednesday, February 19, 2020       15:01 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Rabu, dengan Brent mencatat kenaikan hari ketujuh beruntun, di tengah optimisme yang luas kasus virus korona di China mencatatkan penurunan untuk hari kedua.
Selain itu, ada pula kekhawatiran seputar pasokan setelah Amerika mengambil langkah untuk memotong lebih banyak minyak mentah Venezuela dari pasar.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 38 sen, atau 0,7%, menjadi USD58,13 per barel pada pukul 13.47 WIB, demikian laporan  Reuters , di Tokyo, Rabu (19/2).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, meningkat 40 sen, atau 0,8%, menjadi USD52,45 per barel.
China masih berjuang untuk mendorong sektor manufaktur aktif kembali di ekonomi terbesar kedua di dunia itu, setelah memberlakukan penguncian kota yang ketat dan pembatasan perjalanan untuk menahan virus korona, yang kini menewaskan lebih dari 2.000 orang, tetapi investor tetap optimistis kejatuhan ekonomi mungkin hanya berumur pendek.
S&P Global Ratings memperkirakan virus korona akan memberikan "pukulan jangka pendek" terhadap pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama.
Data resmi menunjukkan kasus baru di China turun untuk hari kedua berturut-turut, meski Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan tidak ada cukup data untuk mengetahui apakah epidemi itu sudah ditangani.
Brent melesat hampir 10% sejak pekan lalu jatuh ke level terendah tahun ini, yang terbaru didukung oleh keputusan Amerika, Selasa, untuk memasukkan anak usaha Rosneft Rusia ke daftar hitam, yang menurut pemerintahan Presiden Donald Trump menyediakan jalur finansial kepada Pemerintah Venezuela.
Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada Rosneft Trading SA, unit yang berbasis di Jenewa.
Anak perusahaan tersebut "menjadi saluran utama Venezuela untuk  brokering  kargo, yang menemukan jalan terutama menuju kilang di India dan China," kata Stephen Innes, Kepala Strategi Pasar AxiCorp.
"Melambatkan saluran pasokan Asia ini akan memberikan beberapa dukungan untuk harga minyak."
Harga juga didukung oleh harapan Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya akan memperdalam pengurangan pasokan.
Kelompok itu, yang dikenal sebagai OPEC +, menahan pasokan guna mendukung harga dan bertemu bulan depan untuk memutuskan respons terhadap penurunan permintaan akibat epidemi virus korona.
OPEC + ingin "mencegah munculnya kelebihan pasokan besar yang disebabkan penurunan permintaan di tengah krisis kesehatan yang berpusat di China, importir minyak mentah terbesar dunia," kata Eurasia Group dalam sebuah catatan.
Tetapi di Amerika, yang tidak ikut dalam perjanjian pemangkasan pasokan, produksi minyak mentah meningkat karena pertumbuhan output  shale-oil . Produksi  shale-oil  di AS diperkirakan naik ke rekor 9,2 juta barel per hari bulan depan, menurut Badan Informasi Energi. (ef)

Sumber : Admin

berita terbaru