Minyak Berjangka Terjerembab di Tengah Ketegangan Amerika-China
Thursday, May 28, 2020       04:02 WIB

Ipotnews - Minyak berjangka jatuh, Rabu setelah Presiden Donald Trump mengatakan sedang menggarap respons yang kuat terhadap undang-undang keamanan yang diusulkan China pada Hong Kong.
Selain itu, minyak juga tertekan karena beberapa pedagang meragukan komitmen Rusia untuk pengurangan produksi yang dalam.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman setuju selama percakapan telepon tentang "koordinasi erat" lebih lanjut tentang pembatasan produksi minyak, kata Kremlin.
Namun, banyak yang merasa Rusia mengirimkan sinyal variatif menjelang pertemuan dalam waktu kurang dari dua pekan antara Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya. Kelompok yang dikenal sebagai OPEC + itu memangkas produksi hampir 10 juta barel per hari pada Mei dan Juni.
"Kedengarannya hebat di atas kertas, tetapi pasar menahan kegembiraan sampai mendapatkan beberapa rincian lebih lanjut tentang apakah akan ada pemotongan, berapa banyak yang akan dipotong, dan panjang dari pemotongan tersebut," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot USD1,43, atau 3,95%, menjadi USD34,74 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (27/5) atau Kamis (28/5) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate menetap USD1,54 atau 4,48%, lebih rendah menjadi USD32,81 per barel.
Ketegangan antara AS dan China terus meningkat setelah Beijing mengumumkan rencana untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang baru di Hong Kong, memicu aksi demonstrasi di jalan.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menegaskan dia telah menyatakan bahwa Hong Kong tidak lagi menjamin perlakuan khusus berdasarkan hukum Amerika seperti yang dilakukan ketika berada di bawah kekuasaan Inggris, pukulan terhadap statusnya sebagai pusat keuangan utama.
Proyeksi yang suram atas dampak ekonomi akibat pandemi virus korona juga membebani minyak mentah.
Ekonom memperkirakan 2 juta warga Amerika mengajukan aplikasi awal untuk tunjangan pengangguran, minggu lalu. Departemen Tenaga Kerja AS akan melaporkan data tersebut Kamis.
"Pengurangan surplus minyak mentah domestik yang besar sekitar 47 juta barel sedang berjalan pada kecepatan yang jauh lebih lambat ketimbang penurunan produksi karena penyuling ragu-ragu dalam meningkatkan aktivitas," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates, di Galena, Illinois.
Ekonomi zona euro mungkin akan menyusut antara 8% dan 12% tahun ini, ungkap Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde, yang memperingatkan hasilnya diperkirakan antara sedang dan berat.
Dalam tanda lain permintaan bahan bakar yang lemah, pengilangan Jepang beroperasi hanya dengan 56,1% dari kapasitas, pekan lalu, tingkat terendah sejak setidaknya 2005. (ef)

Sumber : Admin