Minyak Berjangka Tersungkur Empat Sesi Beruntun, Ini Pemicunya...
Friday, May 24, 2024       05:14 WIB

Ipotnews - Harga minyak jatuh untuk sesi keempat berturut-turut, Kamis, dan menetap di posisi terendah dalam beberapa bulan karena prospek suku bunga Amerika lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama meningkatkan kekhawatiran seputar pertumbuhan permintaan di pasar minyak terbesar dunia tersebut.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melemah 54 sen, atau 0,7%, menjadi USD81,36 per barel, level terendah sejak Januari, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (23/5) atau Jumat (24/5) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melorot 70 sen, atau 0,9%, menjadi USD76,87 per barel, terendah dalam tiga bulan.
Data S&P Global menunjukkan akselerasi aktivitas bisnis Amerika bulan ini, namun produsen juga melaporkan lonjakan harga untuk berbagai input, memperlihatkan kenaikan inflasi barang dalam beberapa bulan mendatang.
Rabu, risalah pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve menunjukkan pengambil kebijakan masih ragu apakah suku bunga saat ini cukup tinggi untuk menjinakkan inflasi yang membandel.
Suku bunga yang tinggi meningkatkan biaya pinjaman, yang dapat memperlambat aktivitas ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Juga membebani pasar adalah stok minyak mentah Amerika meningkat 1,8 juta barel, pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA), dibandingkan perkiraan penurunan sebesar 2,5 juta barel.
Namun, EIA melaporkan permintaan bensin AS berada pada titik tertinggi sejak November, sehingga memberikan dukungan bagi pasar energi menjelang long weekend Memorial Day, yang dianggap sebagai awal driving season musim panas. Konsumsi bensin di AS menyumbang sekitar 9% dari permintaan minyak global.
"Itu adalah laporan yang cukup bagus untuk bensin, semuanya memberikan dampak positif," kata analis Mizuho, Bob Yawger. "Namun, satu laporan tidak akan menjadi tren, jadi semua orang akan memperhatikan apakah laporan tersebut dapat terus berkinerja positif di masa mendatang."
Investor juga menantikan pertemuan Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang disebut OPEC +, pada 1 Juni, di mana kelompok tersebut akan memutuskan kebijakan produksinya.
Rusia mengatakan pihaknya melampaui kuota produksi OPEC + pada April karena "alasan teknis" dan akan segera menyampaikan rencananya kepada Sekretariat OPEC untuk mengkompensasi kesalahan tersebut, kata Kementerian Energi Rusia, Rabu malam.
Pelemahan harga minyak mentah baru-baru ini meningkatkan kemungkinan bahwa OPEC + akan mempertahankan pembatasan produksi yang ada setidaknya hingga akhir September, kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates yang berbasis di Houston. (ef)

Sumber : Admin