Minyak Dunia Merosot, Terpukul Apresiasi Dolar dan Perlambatan Ekonomi China
Thursday, June 01, 2023       05:36 WIB

Ipotnews - Harga minyak merosot, Rabu, tertekan penguatan dolar AS dan data yang lemah dari importir minyak utama China, yang menyulut kekhawatiran permintaan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Agustus, patokan internasional, ditutup melorot USD1,11 menjadi USD72,60 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (31/5) atau Kamis (1/6) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), anjlok USD1,37, atau 2%, menjadi USD68,09 per barel.
Pada posisi terendah di sesi tersebut, kedua tolok ukur itu tergelincir lebih dari USD2 ke level terendah multi-minggu. Pada penutupan Selasa, keduanya tersungkur lebih dari 4%.
Harga minyak jatuh setelah data China menunjukkan aktivitas manufaktur berkontraksi lebih cepat dari perkiraan pada Mei, karena melemahnya permintaan memangkas Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur resmi turun menjadi 48,8 dari 49,2 pada April, di bawah ekspektasi pasar 49,4.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, mendapat dukungan dari pendinginan inflasi Eropa dan progres pada legislasi plafon utang bipartisan Amerika, yang akan diajukan ke DPR untuk diperdebatkan.
Selanjutnya DPR akan mengirim RUU tersebut ke Senat, di mana perdebatan dapat berlangsung hingga akhir pekan, ketika batas waktu 5 Juni semakin dekat.
Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
Data makro Amerika menunjukkan lowongan pekerjaan secara tak terduga meningkat pada April, menunjukkan kekuatan persisten di pasar tenaga kerja yang dapat mendorong Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan ini.
"Kita mendapati data China yang lebih lemah dari perkiraan, situasi batas utang, pengeluaran mendatar selama dua tahun, dan kemungkinan kenaikan suku bunga pada Juni membebani pasar," kata Bob Yawger, Direktur Mizuho.
Trader akan mencermati pertemuan OPEC +, Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutu termasuk Rusia, pada 4 Juni. Sinyal variatif dari produsen utama tentang pengurangan produksi lebih lanjut memicu volatilitas harga minyak, namun HSBC dan Goldman Sachs serta sejumlah analis tidak memperkirakan OPEC + akan mengumumkan pemotongan lebih lanjut pada pertemuan ini.
HSBC mengatakan permintaan minyak yang lebih kuat dari China dan Barat dari musim panas dan seterusnya akan memicu defisit pasokan pada semester kedua.
"Langkah yang paling mungkin adalah tidak mengambil tindakan," kata analis PVM, Stephen Brennock, mengenai keputusan OPEC +.
Di Amerika, produksi lapangan minyak mentah naik pada Maret menjadi 12,696 juta barel per hari, tertinggi sejak Maret 2020, ketika pandemi virus korona mulai mengurangi permintaan energi global, menurut data Badan Informasi Energi.
Stok minyak mentah dan bensin AS terlihat turun minggu lalu, sementara persediaan sulingan kemungkinan meningkat, berdasarkan jajak pendapat awal  Reuters , Selasa.
Jajak pendapat itu dilakukan sebelum laporan dari American Petroleum Institute, kelompok industri, dijadwalkan pada pukul 20.30 GMT, Rabu. (ef)

Sumber : Admin