Nikel Makin Moncer Dengan Prospek Bijih Limonit, Saham INCO Naik Kelas Jadi "Buy"
Monday, September 17, 2018       15:29 WIB

Ipotnews - Prospek sektor nikel makin bergairah dengan prospek bijih limonit - lapisan yang selama ini dibuang oleh penambang nikel - yang dinilai cocok untuk diproses sebagai bahan baterai EV. Alhasil, rating saham PT Vale Indonesia Tbk kini naik kelas ke "Buy" dari sebelumnya "Hold" dengan target harga tidak berubah Rp4.500 per saham.
Prospek limonit terungkap dari acara Asian Nickel Conference yang diselenggarakan Metal Bulletin, 12-13 September lalu. Disebutkan bahwa lapisan limonit terletak di atas lapiran saprolit, sehingga membutuhkan biaya operasional yang lebih rendah. Lalu, dengan proses hidrometalurgi, bahan baterai EV dapat diproduksi dari limonit yang mengandung kandungan nikel lebih rendah tetapi sifat kobalt lebih tinggi dari bijih saprolit, yang selama ini banyak ditambang dan diproses untuk aplikasi baja tahan karat.
Biaya untuk proses hidrometalurgi lebih rendah daripada pyrometallurgy (dengan panas / tungku) sementara produsen akan mendapatkan manfaat tambahan dari kandungan kobalt karena bijih limonit mengandung sekitar 0,1-0,2% kobalt. China ENFI Engineering Corporation saat ini menjalankan proyek untuk memproses bahan baterai EV dari bijih laterit kelas rendah ini (limonit).
Jim Lennon, konsultan komoditas senior dari Macquarie Capital, menegaskan bahwa defisit nikel akan berlanjut pada 2019. Harga nikel telah didukung oleh pertumbuhan permintaan baja stainless yang mencapai sekitar 9% di semester 1 2018. Gangguan pasokan di Kaledonia Baru dan kontrol polusi yang direncanakan China di 40 kota di tengah permintaan baja tahan karat yang kuat berkat pemulihan sektor properti China akan mengakibatkan defisit nikel pada 2019. Analis Norilsk Nickel, Alex Khodov, bahkan yakin defisit nikel mencapai 120 ribu ton pada 2018 dan 80 ribu ton pada 2019.
Terkait hal itu, Tim Analis Indo Premier Sekuritas yang ikut hadir pada Asian Nickel Conference, mengaku makin optimistis terhadap industri nikel, terutama dengan tambahan prospek limonit. Meski, Tim Analis mengaku masih mengamati cermat dampak eskalasi perang dagang China-AS terhadap sektor nikel.
Untuk saat ini, Tim Analis menyatakan mempertahankan perkiraan harga nikel senilai USD13 ribu/ton untuk 2018 (harga rata-rata year-to-date 2018 senilai USD13,7 ribu/ton), lalu senilai USD14 ribu/ton pada 2019 dan USD15 ribu/ton pada 2020.
"Kami menaikkan rating terhadap saham menjadi Buy dari semula Hold, namun dengan target harga tidak berubah Rp4.500, meski ada potensi kenaikan 33%," papar Tim Analis, Senin (17/9).

Stock

Ticker

Rating

Price

TP

18F P/E

19F P/E

18F P/B

19F P/B

18F ROA

18F ROE

(Rp)

(Rp)

(x)

(x)

(x)

(x)

(%)

(%)

Vale Indonesia



BUY

3,390

4,500

28.8

20.0

1.2

1.1

3.6

4.3

Aneka Tambang*



N/R

800

1,240

26.3

17.1

1.0

1.0

2.9

3.7

 Source: Bloomberg, IndoPremier *)consensus Share prices as of closing 14 September 2018 


Sumber : admin

berita terbaru