OPEC+ Diprediksi Pangkas Produksi Lebih Dalam, Minyak Menggeliat
Tuesday, December 03, 2019       15:24 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Selasa, karena tumbuhnya harapan OPEC dan sekutunya akan menyepakati pemotongan produksi yang lebih dalam ketika mereka bertemu pekan ini, meski kenaikannya terbatas, di tengah skeptisisme sejumlah analis atas pencapaian pengurangan lebih lanjut.
Harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 17 sen, atau 0,3%, menjadi USD61,09 per barel pada pukul 12.16 WIB, setelah meningkat 0,7% pada sesi Senin, demikian laporan  Reuters , di Tokyo, Selasa (3/12).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, bertambah 25 sen, atau 0,5%, menjadi USD56,21 per barel. Kontrak WTI melonjak 1,4% pada penutupan Senin.
Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC +, membahas rencana untuk meningkatkan pemotongan pasokan yang ada sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) dengan tambahan 400.000 bph dan memperpanjang pakta tersebut hingga Juni, menurut dua narasumber yang akrab dengan masalah itu.
Arab Saudi mendorong rencana untuk memberikan kejutan positif ke pasar sebelum penawaran umum perdana (IPO) BUMN minyak negara itu, Saudi Aramco, kata sumber tersebut.
"Kami meyakini keseimbangan pasokan-permintaan minyak dunia memerlukan perpanjangan pemotongan OPEC + saat ini," kata Goldman Sachs dalam catatan penelitian.
Faktor di balik pandangan itu termasuk lonjakan dalam produksi dari proyek non- OPEC dan prospek pertumbuhan permintaan yang masih belum pasti, tambahnya.
Goldman memperkirakan Brent akan diperdagangkan sekitar USD60 per barel pada 2020, "tanpa ada pertumbuhan baru atau guncangan geopolitik".
Para menteri OPEC akan bertemu di Wina, Kamis, dan kelompok OPEC + yang lebih luas akan berkumpul Jumat.
"Harga minyak bergerak sedikit hari ini, menunjukkan pedagang skeptis tentang pemotongan tambahan 400.000 barel per hari di atas perpanjangan kesepakatan pemotongan produksi saat ini," kata Margaret Yang, analis CMC Markets di Singapura.
Kekhawatiran tentang ketidakmampuan Amerika Serikat dan China, dua pengguna minyak terbesar dunia, untuk mencapai kesepakatan awal guna menyelesaikan perselisihan perdagangan yang sudah berjalan selama 17 bulan, juga membebani harga minyak, bersama dengan data ekonomi AS yang mengecewakan.
Penasihat senior untuk Presiden Donald Trump mengatakan kesepakatan perdagangan AS-China masih mungkin dilakukan sebelum akhir tahun, menambahkan bahwa fase pertama dari perjanjian tersebut sedang dipersiapkan, meski perundingan berlarut-larut selama beberapa pekan.
Kendati OPEC memangkas  output , produsen AS dengan senang hati memenuhi kekurangan pasar, dengan rekor produksi berturut-turut. Namun, pertumbuhan hingga 2020 bisa berkisar antara 100.000 bph dan 1 juta bph.
Persediaan minyak mentah AS diperkirakan menyusut pekan lalu, yang dapat mendukung harga, dengan analis dalam jajak pendapat pendahuluan  Reuters  memproyeksikan kontraksi 1,8 juta barel. (ef)

Sumber : Admin