Pandemi COVID-19 Menekan Perekonomian Global dan Domestik, Risiko Resesi Global Tetap Besar: BI
Friday, May 29, 2020       16:22 WIB

Ipotnews - Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia menyebutkan, pandemi COVID-19 yang meluas ke seluruh dunia menekan perekonomian global, termasuk Indonesia. Ekonomi global diprakirakan kontraksi, sementara pertumbuhan ekonomi domestik diprakirakan melambat.
Menghadapi perkembangan tersebut, Bank Indonesia menempuh respons bauran kebijakan untuk memitigasi risiko dampak COVID-19 terhadap perekonomian, serta bersinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
"Ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan meningkat, didorong perbaikan ekonomi dunia dan dampak positif stimulus kebijakan yang ditempuh," tulis Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko, dalam rilisnya di laman BI, Jumat (29/5).
Laporan BI mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi dunia triwulan I 2020 di banyak negara menurun tajam sejalan meluasnya pandemi COVID-19. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok, Eropa, Jepang, Singapura, dan Filipina mengalami kontraksi pada triwulan I 2020, sementara pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) turun menjadi 0,3%.
"Risiko resesi ekonomi global pada April 2020 tetap besar tercermin pada kontraksi berbagai indikator dini seperti kinerja sektor manufaktur dan jasa serta keyakinan konsumen dan bisnis," ungkap Onny mengutip laporan tersebut.
BI mengungkapkan pandemi COVID-19 memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik dengan cukup besar. Ekonomi Indonesia triwulan I 2020 tumbuh 2,97% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,97% (yoy).
Penurunan ini terutama berasal dari melambatnya ekspor jasa, khususnya pariwisata, konsumsi nonmakanan, dan investasi dengan sektor yang paling terdampak terjadi di sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan subsektor transportasi.
Namun BI menilai, ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia tetap baik. Hal itu tercermin dari defisit transaksi berjalan triwulan I 2020 yang menurun menjadi 1,4% PDB, dari 2,8% PDB pada triwulan IV-2019 dan cadangan devisa yang tetap besar.
Nilai tukar Rupiah, kembali menguat April 2020 seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan terjaganya kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian.
"Selain itu, kondisi likuiditas perbankan tetap memadai dan mendukung berlanjutnya penurunan suku bunga. Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, kendati potensi risiko meluasnya penyebaran pandemi COVID-19 perlu terus diantisipasi," ungkap BI.
Guna memitigasi risiko dampak COVID-19 terhadap perekonomian, BI menempuh berbagai respons kebijakan dengan memperkuat seluruh instrumen bauran kebijakan untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi, dan mendukung stabilitas sistem keuangan."Pada saat yang sama mencegah penurunan kegiatan ekonomi lebih lanjut dengan berkoordinasi erat dengan Pemerintah. OJK, LPS dan otoritas terkait lain," papar Onny. (*)

Sumber : Admin