Pasar Ragukan Kesepakatan AS-China, Saham Wall Street Tergelincir
Tuesday, October 08, 2019       05:03 WIB

Ipotnews - Pasar saham Wall Street melemah, Senin, dengan investor mencermati perundingan perdagangan Amerika-China, yang akan dimulai pertengahan pekan ini.
Dow Jones Industrial Average turun 95,70 poin, atau 0,36% menjadi 26.478,02, demikian laporan   CNBC   dan  AFP , di New York, Senin (7/10) atau Selasa (8/10) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 menyusut 0,45% atau 13,22 poin menjadi 2.938,79 sedangkan Nasdaq Composite Index kehilangan 0,33% atau 26,18 poin menjadi ditutup pada posisi 7.956,29. Tiga indeks utama Wall Street itu terus berganti antara penguatan dan pelemahan untuk sebagian besar sesi sebelum akhirnya ditutup di zona merah.
"Setiap perubahan atau terobosan nyata sepertinya tidak mungkin, tetapi pembicaraan yang positif akan menjadi katalis bagi pasar," kata Phil Blancato, CEO Ladenburg Thalmann Asset Management. Dia mencatat pekan ini juga akan memberikan petunjuk bagi investor tentang pergerakan pasar menuju akhir tahun.
Sebuah laporan menyatakan pejabat China semakin enggan untuk menyetujui kesepakatan perdagangan luas yang diusung Presiden Donald Trump.
Wakil Perdana Menteri Liu He, yang akan memimpin tim negosiator China, mengatakan bahwa tawarannya kepada AS tidak akan mencakup komitmen untuk mereformasi kebijakan industri China atau subsidi pemerintah,  Bloomberg  melaporkan Minggu, mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.
"Pasar masih dalam periode  wait and see  untuk kejelasan lebih lanjut sehubungan dengan perundingan perdagangan AS-China," kata Adam Sarhan, analis 50 Park Investments.
"Orang-orang berharap untuk resolusi yang cepat tetapi secara realistis mereka tahu bahwa kemungkinan besar mereka akan menunda atau menghindari kesepakatan karena keduanya masih terpisah terlalu jauh dalam beberapa masalah mendasar."
Perundingan perdagangan antara AS dan China akan dilanjutkan di Washington DC, Kamis. Perundingan tingkat deputi dimulai Senin.
Dua ekonomi terbesar di dunia itu memberlakukan tarif barang satu sama lain bernilai miliaran dolar sejak awal 2018, menghancurkan pasar keuangan serta menekan sentimen bisnis dan konsumen.
Wall Street memasuki sesi Senin setelah Dow dan S&P 500 membukukan penurunan mingguan ketiga berturut-turut menyusul data ekonomi AS yang mengecewakan menunjukkan bahwa perang perdagangan yang sedang berlangsung mulai memakan korban, memicu kekhawatiran kemungkinan terjadinya resesi.
Institute for Supply Management mengatakan minggu lalu aktivitas manufaktur AS turun ke level terendah dalam satu dekade pada September sementara sektor jasa tumbuh pada laju paling lambat dalam lebih dari tiga tahun.
Dow turun 0,9% minggu lalu sementara S&P 500 melemah 0,3%.
Namun, data yang lemah itu juga meningkatkan harapan untuk kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve. Ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga pada pertemuan bulan ini sekitar 80%, menurut alat FedWatch CME Group.
Dalam berita korporasi, ConocoPhillips melambung lebih dari 2% setelah perusahaan itu menaikkan dividen kuartalannya sebesar 37,7% menjadi 42 sen per saham. Sahamnya termasuk yang berkinerja terbaik di S&P 500.
Uber Technologies melesat lebih dari 2% setelah analis Citigroup meng- upgrade  emiten jasa transportasi  online  itu menjadi "buy" dari "netral", mengutip prospek "risk/reward" yang menguntungkan.
General Motors merosot 0,6 persen setelah United Autoworkers mengatakan kedua belah pihak tetap terpisah jauh dengan kontrak baru saat aksi mogok bergerak menuju pekan keempat.
General Electric turun 0,1 persen setelah mengumumkan sejumlah perubahan pada program pensiunnya untuk menghemat uang dan mengurangi utang, termasuk membekukan rencana pensiun untuk sekitar 20.000 karyawan AS. (ef)

Sumber : Admin