Pasar Minyak Global Bakal Terpukul Sentimen Iran dan Venezuela
Wednesday, May 16, 2018       16:30 WIB

Ipotnews - Pasokan minyak global bisa terpukul oleh keputusan Amerika Serikat untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, dan pula penurunan produksi di Venezuela yang saat ini dihantam krisis.
Demikian isi laporan bulanan regular Badan Informasi Energi (IEA), seperti dilansir  Reuters , di Paris, Rabu (16/5).
Dalam laporannya, IEA menyebutkan keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik diri dari kesepakatan Iran "telah mengalihkan fokus analisis pasar minyak dari fundamental ke geopolitik".
Pada 8 Mei, Trump mengumumkan akan menarik Amerika keluar dari pakta 2015, yang disetujui oleh Inggris, China, Jerman, Rusia dan pemerintahan Barack Obama.
Harga minyak--yang meningkat didorong pertumbuhan permintaan yang stabil dan kesepakatan negara-negara penghasil minyak, baik di dalam maupun di luar kartel OPEC , untuk menurunkan produksi--sejak itu melonjak di atas USD77 per barel, kata IEA.
"Di masa-masa awal ini, ada ketidakpastian yang bisa dimengerti mengenai potensi dampak pada ekspor minyak Iran" dari kebijakan Amerika, tutur EIA.
Ketika sanksi diberlakukan pada 2012, ekspor Iran anjlok sekitar 1,2 juta barel per hari, kata organisasi yang berbasis di Paris itu.
"Terlalu cepat untuk mengatakan apa yang akan terjadi saat ini, tetapi kita harus mempelajari apakah produsen lain bisa masuk untuk memastikan aliran minyak ke pasar dan mengimbangi gangguan terhadap ekspor Iran."
Tak lama setelah pengumuman Amerika, Arab Saudi, "dedengkot" kartel OPEC , mengakui perlunya bekerja dengan produsen dan konsumen untuk mengurangi kemungkinan kekurangan pasokan, papar IEA.
Permintaan Melambat
Menurut IEA, risiko lain yang mungkin berdampak terhadap pasokan minyak global bisa datang dari Venezuela yang belakangan ini dilanda krisis.
"Di Venezuela, laju penurunan produksi minyak terus meningkat dan pada akhir tahun ini produksi bisa melorot beberapa ratus ribu barel per hari," ungkap IEA.
"Potensi kekurangan pasokan ganda yang diwakili oleh Iran dan Venezuela dapat menghadirkan tantangan besar bagi produsen untuk menangkis kenaikan harga yang tajam dan mengisi kesenjangan tersebut, tidak hanya dalam hal jumlah barel tetapi juga dalam kualitas minyak."
IEA mengatakan keseimbangan pasar secara keseluruhan "terus mengencang", dan itu menurunkan estimasi untuk pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun ini menjadi 1,4 juta barel per hari dari perkiraan sebelumnya 1,5 juta.
"Permintaan pada awal tahun didukung oleh cuaca dingin di Eropa dan Amerika, beroperasinya kapasitas petrokimia baru di AS dan latar belakang ekonomi yang kuat," jelas IEA.
"Kendati lingkungan ekonomi akan terus mendukung permintaan minyak...dukungan dari kondisi cuaca yang berat akan sirna dan lonjakan harga minyak baru-baru ini akan tertahan."
"Oleh karena itu, pertumbuhan permintaan minyak dunia diperkirakan melambat" pada semester kedua tahun ini. (ef)

Sumber : Admin