Pasar Terpecah antara Data Makro yang Positif Vs Virus Korona, Dolar Stabil
Tuesday, June 30, 2020       15:50 WIB

Ipotnews - Dolar mempertahankan kenaikan moderat, Selasa, karena data penjualan rumah AS dan pabrik China yang positif membuat  trader  terpecah antara optimisme tentang  rebound  pertumbuhan global dan kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 yang dapat membahayakan pemulihan cepat berbentuk-V.
California dan Texas mencatat peningkatan infeksi baru, Senin, sementara di Inggris, penguncian paksa dilakukan di Kota Leicester, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Selasa (30/6).
Berita di sisi ekonomi jauh lebih baik dengan Wall Street mendapatkan dorongan dari pasar perumahan AS yang pulih dengan cepat pada periode Mei, dari kejatuhan yang dipicu oleh pandemi virus korona.
Namun, peringatan dari Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, bahwa prospek Amerika Serikat "sangat tidak pasti", membuat investor tetap waspada.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY), ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, naik 0,27% menjadi 97,686, sementara euro kehilangan 0,3% menjadi USD1,1209.
Selama kuartal ini, mata uang Eropa itu kembali menguat 1,7% setelah merosot dengan margin yang sama selama tiga bulan pertama 2020, yang ditandai jatuhnya pasar keuangan akibat virus korona.
"Pasar gelisah. Ketegangan tetap antara peningkatan ekonomi dan virus," kata Moh Siong Sim, analis Bank of Singapore.
Mata uang  safe-haven  franc Swiss turun tipis. Dolar AS naik 0,1% terhadap franc menjadi 0,9521, juga menguat terhadap yen Jepang, mata uang lainnya yang dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman, dan terakhir naik 0,1% menjadi 107,715 yen.
Di awal sesi, yuan China dan dolar Australia menguat setelah survei menunjukkan aktivitas pabrik China meningkat pada kecepatan yang lebih kuat pada Juni, mengalahkan ekspektasi perlambatan dari bulan lalu.
Yuan di pasar  offshore  naik 0,1% menjadi 7,072 per dolar, sementara Aussie turun 0,2% menjadi USD0,6854.
Pasar mengabaikan berita bahwa parlemen China mengesahkan undang-undang keamanan nasional untuk Hong Kong. Itu terjadi setelah Amerika Serikat sebelumnya mulai menghilangkan status khusus Hong Kong di bawah hukum AS.
Kekhawatiran tentang lonjakan anggaran belanja publik Inggris membuat poundsterling di bawah tekanan.
Sterling diperdagangkan pada posisi USD1,2283 setelah meluncur ke level terendah satu bulan USD1,2252, Senin, di tengah kekhawatiran tentang bagaimana Pemerintah Inggris akan mendanai program infrastruktur yang direncanakan setelah Perdana Menteri Boris Johnson berjanji untuk meningkatkan pengeluaran.
Kekhawatiran tentang kemampuan Inggris untuk menyegel pakta perdagangan dengan Uni Eropa juga turut membebani. (ef)

Sumber : Admin