Pasokan Beras Global Terancam, Cuaca Buruk Landa Pemasok Utama Asia
Friday, August 05, 2022       16:26 WIB

Ipotnews - Cuaca buruk di seluruh pemasok beras utama di Asia, termasuk pengekspor terbesar India, mengancam produksi bahan pangan pokok terpenting dunia, dan memicu inflasi pangan yang sudah mendekati rekor tertinggi.
Beras telah melawan tren kenaikan harga pangan di tengah panen raya dan persediaan besar di negara-negara eksportir selama dua tahun terakhir, bahkan ketika Covid-19 merajalela. Sementara itu, gangguan pasokan dan konflik Rusia-Ukraina membuat harga biji-bijian lain non-padi menjadi lebih mahal.
Namun cuaca buruk yang kini melanda negara-negara pengekspor di Asia - yang menyumbang sekitar 90% dari produksi beras dunia - kemungkinan akan mengubah arah pergerakan harga.
"Ada potensi kenaikan harga beras dengan kemungkinan penurunan produksi di negara-negara pengekspor utama," kata Phin Ziebell, ekonom agribisnis di National Australia Bank.
"Kenaikan harga beras akan menambah tantangan besar bagi keterjangkauan pangan di beberapa negara berkembang," kata Ziebell, seperti dikutip Reuters, Jumat (5/8).
Sejumlah pedagang dan analis mengatakan, hujan merata di sabuk gandum India, gelombang panas di China, banjir di Bangladesh dan penurunan kualitas produksi di Vietnam dapat menghambat hasil panen di empat dari lima produsen beras terbesar dunia.
"Beras tetap dapat diakses bahkan ketika harga pangan secara keseluruhan mencapai level rekor di awal tahun ini," kata ekonom Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, Shirley Mustafa.
Namun, "Kita sekarang menyaksikan kemunduran karena cuaca di beberapa negara penghasil beras utama, termasuk India, Cina dan Bangladesh. Kondisi ini dapat mengakibatkan produksi yang lebih rendah jika kondisinya tidak membaik dalam beberapa minggu ke depan," Mustafa menambahkan.
Data cuaca negara bagian penghasil beras utama India seperti Bihar, Jharkhand, Benggala Barat dan Uttar Pradesh telah mencatat defisit curah hujan sekitar 45% sejauh musim ini.
B.V. Krishna Rao, presiden Asosiasi Eksportir Beras Seluruh India mengatakan, situasi itu sebagian menyebabkan penurunan 13% penanaman padi tahun ini, yang dapat mengakibatkan produksi turun 10 juta ton atau sekitar 8% dari tahun lalu.
Area penanaman padi juga menurun karena beberapa petani beralih ke kacang-kacangan dan minyak sayur, kata Rao.
Beras yang ditanam di musim panas India menyumbang lebih dari 85% dari produksi tahunan. Pada tahun panen, hingga Juni lalu, produksi beras India melonjak ke rekor 129,66 juta ton.
"Penurunan produksi sudah pasti, tetapi pertanyaan besarnya adalah bagaimana pemerintah akan bereaksi," kata dealer perusahaan perdagangan global yang berbasis di Mumbai.
Stok beras kering giling dan padi di India per 1 Juli mencapai 55 juta ton, jauh di atas target 13,54 juta ton. Stok yang tinggi telah membuat harga beras turun pada tahun lalu, bersama dengan rekor pengiriman 21,5 juta ton India pada tahun 2021. Jumlah tersebut melebihi total pengiriman empat eksportir terbesar beras dunia; Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Amerika Serikat.
"Tapi pemerintah sangat sensitif tentang harga. Kenaikan kecil bisa mendorongnya untuk memberlakukan pembatasan ekspor," kata pedagang itu.
Di Vietnam, hujan saat panen telah merusak kualitas gabah.
"Belum pernah saya melihat hujan sebanyak itu selama panen. Ini tidak normal," kata Tran Cong Dang, seorang petani berusia 50 tahun yang tinggal di provinsi Mekong Delta di Bac Lieu kepada Reuters.
"Hanya dalam sepuluh hari, total curah hujan terukur hampir sama dengan seluruh bulan sebelumnya," kata Dang. Ia memperkirakan kehilangan hasil 70% di sawahnya seluas 2 hektar akibat banjir.
Departemen Pertanian AS menyebutkan, China - konsumen dan importir beras terbesar di dunia - telah mengalami kemerosotan hasil panen akibat panas yang ekstrem di sentra penanaman biji-bijian, dan diperkirakan akan meningkatkan impor ke rekor 6 juta ton pada 2022/23. China mengimpor 5,9 juta ton tahun lalu.
Konsumen beras terbesar ketiga di dunia, Bangladesh, juga diperkirakan akan mengimpor lebih banyak beras menyusul kerusakan akibat banjir di daerah penghasil utamanya.
Dampak cuaca yang tidak bersahabat sudah terlihat pada sedikit kenaikan harga ekspor dari India dan Thailand pada pekan ini.
"Harga beras sudah mendekati harga terendah dan kami melihat pasar naik dari level saat ini," kata seorang pedagang Singapura, salah satu pedagang beras terbesar di dunia.
"Permintaan meningkat dimana pembeli seperti Filipina dan negara lainnya di Afrika yang ingin memesan lebih banyak." (Reuters)


Sumber : Admin