Pelemahan Nilai Tukar Dolar Beri Ruang Pemangkasan Suku Bunga Bank Sentral Asia
Tuesday, August 06, 2024       15:15 WIB

Ipotnews - Aksi jual pasar global dapat memberi sisi positif bagi bank sentral di Asia. Pelemahan dolar yang berkelanjutan akan memberi keleluasaan untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Mata uang Asia melonjak ke level tertinggi dalam lima bulan terhadap dolar pada pekan ini, di tengah pergeseran tektonik di pasar global karena berbagai kekhawatiran - terutama karena kekhawatiran bahwa Federal Reserve AS terlalu lambat melonggarkan kebijakan.
Ringgit Malaysia dan yuan China yang telah lama tertekan, merupakan beberapa penerima manfaat dari kekacauan ini, meskipun keduanya kehilangan sebagian kenaikannya pada Selasa ni (6/8).
Melemahnya nilai tukar adalah salah satu alasan bank sentral, termasuk di China dan Korea Selatan, untuk berhati-hati dalam menurunkan suku bunga. Meskipun tekanan harga di seluruh  emerging market  Asia sebagian besar lebih rendah daripada di sebagian besar negara maju utama, banyak bank sentral yang tetap mempertahankan suku buga di tengah ketidakpasatian.
Sementara itu, imbal hasil AS yang lebih tinggi telah membuat para pengelola dana global enggan berinvestasi di Asia. Kondisi tersebut kemungkinan akan berubah karena meningkatnya taruhan pada pemangkasan suku bunga The Fed akanmenggeser keseimbangan yang menguntungkandi Asia.
"Dolar yang lemah dan imbal hasil AS yang lebih rendah akan memberi lebih banyak ruang bagi bank sentral Asia untuk potensi pelonggaran moneter, jika kondisi makro domestik mereka membenarkan pemotongan suku bunga," kata Frances Cheung, ahli strategi suku bunga di Oversea-Chinese Banking Corp, seperti dikutip Bloomberg, Selasa 6/8).
Investor meningkatkan taruhan pada perubahan arah kenijakan The Fed menuju pemotongan suku bunga setelah rapat pada Rabu lalu. Ketika itu, Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan pemotongan September dapat dilakukan, diikuti oleh data pasar tenaga kerja yang lemah pada Jumat lalu.
Pasar swap memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed hampir 50 basis poin pada September nanti. Sementara itu, data yang dikumpulkan oleh Bloomberg menunjukkan bahwa ekspektasi untuk suku bunga kebijakan yang lebih rendah dalam beberapa bulan mendatang meningkat di Korea, Thailand, dan Malaysia.
Dolar AS yang lebih lemah - jika berlanjut - akan menjadi pembalikan bagi pejabat bank senteal di Taiwan dan Indonesia, yang harus menaikkan suku bunga awal tahun ini demi mempertahankan mata uang mereka. Bank sentral India diperkirakan akan beralih ke posisi yang lebih netral akhir pekan ini, sementara keputusan suku bunga Thailand, Indonesia, dan Korea akan dirilis akhir bulan ini.
Bank Indonesia diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin setiap kuartal mulai September, bukan Desember, menurut Bank of America Corp. Kai Wei Ang, ekonom bank tersebut, mengatakan "ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter telah terbuka" dan bahwa pemotongan pada Agustus tidak dapat dikesampingkan.
Sementara itu, pasar obligasi China telah menguat karena investor berharap akan lebih banyak pemotongan suku bunga di ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Bank-bank pemerintah China menjual obligasi pemerintah dalam jumlah besar, sebuah langkah yang membantu menarik imbal hasil acuan level lebih tinggi dari rekor terendah,ungkap Bloomberg News dengan mengutip sejumlah trader.
"Suku bunga AS yang lebih rendah akan memberi lebih banyak ruang bagi Bank Rakyat China untuk memangkas suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah. Perkiraan dasar kami adalah hanya satu pemotongan lagi sebesar 10 basis poin, pada kuartal ke-4, sehingga total pengurangan menjadi 30 bps pada tahun 2024. Namun, peluang pemotongan sebesar 20 bps sebelum akhir tahun semakin besar," kata, Chang Shu, kepala ekonom Asia Bloomberg Economics.
Namun, debu belum sepenuhnya mengendap. Indeks inflasi utama meningkat di Korea Selatan dan India dalam beberapa bulan terakhir. Sementara itu Gubernur bank sentral Filipina Eli Remolona, hari ini mengisyaratkan peluang yang lebih lemah untuk penurunan suku bunga pada peklan depan setelah inflasi mencapai titik tertinggi dalam sembilan bulan.
Peran tradisional dolar sebagai tempat berlindung selalu bisa terjadi jika pasar terus goyah atau ancaman geopolitik di Timur Tengah meningkat. Begitu pula dengan kemungkinan kembalinya "Trump trade" dimana pasar berspekulasi pada aset seperti dolar atau Bitcoin yang dianggap diuntungkan oleh kebijakan fiskal yang lebih longgar dan tarif yang lebih tinggi jika Donald Trump kembali ke Gedung Putih.
"Mereka mungkin tidak akan memangkas suku bunga hingga setelah Fed memangkas," kata Jon Harrison, direktur pelaksana strategi makro EMi GlobalData TS Lombard, merujuk pada bank sentral di Asia. "Terutama saat pasar sangat fluktuatif," ia menambahkan. (Bloomberg)


Sumber : admin

berita terbaru