Pengamat : Pertamina Tak Akan Pernah Lepas Dari Masalah, Ini sebabnya...
Monday, May 20, 2019       19:25 WIB

Ipotnews - Sejak lahirnya UU No. 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas (migas) pengelolaan migas menjadi liberal dan cenderung dikendalikan oleh Kapitalis. PT Pertamina (Persero) sebagai satu-satunya BUMN energi yang seharusnya diberikan hak penuh mengelola migas dari hulu hingga hilir nyatanya saat ini sudah tidak lagi.
Beberapa blok migas diberikan hak pengelolaannya kepada asing dan ketika konsesi habis, Pertamina disetarakan dengan kontraktor kontrak kerjasama ( KKKS ) swasta. Hanya sebagian kecil blok migas yang dikembalikan ke Pertamina namun dengan syarat harus memberikan komitmen signature bonus kepada pemerintah. Artinya sama saja Pertamina disejajarkan dengan perusahaan swasta atau asing.
Hal itu disampaikan Pengamat Migas, Ugan Gandar, dalam diskusi jelang buka puasa di Aloft Hotel, Jakarta Pusat, Senin (20/5). Menurutnya ada pihak-pihak yang sengaja mencari keuntungan di Pertamina dengan berbagai cara. Pihak-pihak tersebut tidak ingin Pertamina menjadi perusahaan yang mandiri dan bisa memenuhi kebutuhan energi rakyat Indonesia.
"Pertamina tidak akan berhenti dari persoalan. Memang dari dulu itu ada upaya mengkebiri, Pertamina pengen terus dipecah belah. Persoalannya apakah masyarakat paham itu?," kata Ugan.
Mantan Ketua Dewan Penasehat Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) ini mencontohkan sejarah Pertamina yang dulunya terintegrasi dari hulu sampai hilir namun sekarang sudah unbundling. Sulit bagi pemerintah menyatukan kembali. Bahkan direksi-direksi yang kerap bongkar pasang tak sanggup membereskannya karena sarat dengan muatan politis.
Contoh lainnya adalah beberapa kilang (refinery unit) yang seharusnya mampu dilakukan oleh Pertamina sendiri justru dipekerjakan dengan pihak lain dalam bentuk join venture. Dia berharap ada pihak-pihak tertentu dan komitmen pemerintah untuk benar-benar menjadikan Pertamina sebagai perusahaan migas independen dan besar.
"Intinya persoalan di Pertamina itu ada grand desain untuk mengkebiri Pertamina. Kita sulit berharap pada direksi ini sebab mereka bukan orang Pertamina, mereka bermain politik menjalankan kepentingan pengusaha. Kita harap pekerja jangan hanya bekerja untuk menerima gaji saja, harus peduli bagaimana kondisi Pertamina," pungkas Ugan. (Marjudin)

Sumber : admin