Pergeseran Strategi Investasi dari Aktif ke Pasif
Monday, January 11, 2021       14:09 WIB

Di seluruh dunia, dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir, telah terjadi pergeseran strategi investasi dari investasi aktif ke investasi pasif. Strategi investasi aktif memberikan Manajer Investasi keleluasaan untuk memilih saham-saham atau obligasi-obligasi yang dianggapnya baik, dengan tujuan untuk mencapai hasil investasi yang lebih baik dari tolok ukur ( benchmark ) yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sebaliknya, strategi investasi pasif menggunakan aturan-aturan tertentu ( rules based investing ) untuk meniru suatu indeks. Misalnya dengan membeli seluruh saham yang ada dalam indeks acuannya ( full replication method ) atau membeli sebagian saham dalam indeks acuan yang mewakili pergerakan indeks tersebut ( sampling method ).
Strategi investasi aktif, misalnya adalah investasi pada bermacam reksadana konvensional yang ada di pasar saat ini (reksadana ekuitas, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana pasar uang).
Strategi investasi pasif misalnya adalah pada reksadana konvensional tipe reksadana indeks ( index fund ). Sebelum muncul reksadana Bursa (Exchange Traded Fund), telah ada beberapa reksadana konvensional yang memiliki strategi investasi pasif, yaitu meniru komposisi indeks acuannya.
Perbedaan antara strategi investasi aktif dengan strategi investasi pasif tidak selalu mudah dilihat hanya dari nama instrumennya saja. Misalnya suatu reksadana ekuitas ( actively managed ) yang memiliki asset dalam pengelolaan (AUM) yang telah besar sekali, mungkin terpaksa harus mengubah strategi investasinya menjadi semi-pasif atau seluruhnya pasif.
Mengapa? Karena reksadana yang asetnya telah menjadi besar sekali tidak dapat berinvestasi di saham-saham 'kecil' (saham-saham lapis ke-tiga), karena pembelian sejumlah kecil saja saham emiten ini (dari segi persentase AUM reksadana) mungkin telah membentuk sebagian besar dari jumlah saham beredar dari emiten tersebut. Padahal, kita patut menduga bahwa banyak diskrepansi ( mispriced ) harga ada pada saham-saham kecil ini.
Sementara itu, reksadana besar juga akan sulit sekali mencari saham-saham yang ' mispriced ' pada saham-saham besar ( bluechip ), karena ada begitu banyak analis dan investor (juga regulator yang memastikan bahwa aspek keterbukaan informasi untuk seluruh investor pasar modal telah dipenuhi) yang mengikuti pergerakan harga saham-saham ini, sehingga semua pergerakan harga yang menimbulkan ' mispriced ' akan langsung 'dinetralkan' sehingga harga saham tersebut kembali ke harga wajar saham tersebut ( efficient market hypothesis ).
Artikel ini berusaha menjelaskan kepada pemodal (terutama pemodal reksadana) tentang pergeseran strategi investasi yang tengah terjadi saat ini, dari strategi investasi aktif ke strategi investasi pasif. Pergeseran strategi investasi aktif ke pasif ini merupakan fenomena global.
Di Amerika Serikat, banyak pemodal yang mengalihkan investasinya dari reksadana yang dikelola aktif ( actively managed mutual fund ) ke ETF (Exchange Traded Fund). Studi yang panjang di sana telah membuktikan bahwa strategi pengelolaan secara aktif tidak dapat mengalahkan kinerja portofolio yang dikelola secara pasif, baik itu pada reksadana indeks ( indexed mutual fund ) maupun Exchange Traded Fund (ETF) yang dikelola secara pasif. Di Amerika Serikat, sebagian ETF(sekitar 8%) juga ada yang dikelola secara aktif, tapi secara umum dapat dikatakan bahwa ETF adalah instrument investasi pasif.
Di samping keunggulan dari segi kinerja, kalau kita membandingkan Reksadana Indeks yang pasif dengan ETF yang juga pasif, maka ETF juga lebih unggul karena sifatnya yang Efisien (dengan membeli satu unit penyertaan saja pemodal otomatis telah terdiversifikasi dalam seluruh saham-saham yang membentuk indeks).
ETF juga Transparan (semua saham-saham yang ada dalam portofolio dapat diketahui oleh pemodal setiap saat, tidak seperti reksadana ekuitas konvensional dimana pemodal hanya diberitahu komposisi investasi dalam portofolio setiap tiga bulan sekali, itupun biasanya hanya untuk 5 atau 10 saham terbesar), dan Fleksibel (tidak seperti reksadana konvensional dimana permohonan jual atau permohonan beli unit penyertaan hanya dapat dilakukan satu kali sehari melalui Manajer Investasi, Reksadana Bursa atau ETF ini diperdagangkan setiap saat selama jam perdagangan Bursa).
Khusus untuk pemodal di Amerika Serikat, keunggulan ETF ini masih ditambah dengan keunggulan dari segi perpajakan, dimana pajak yang harus dibayar oleh ETF sangat kecil (atau nihil). Pertama, karena strategi pengelolaan dananya yang pasif sehingga jarang melakukan jual beli saham-saham dalam portofolio. Kedua, karena system pembayaran untuk penjualan kembali menggunakan system  in-kind  bukan tunai.
Jadi, di sini dalam hal terjadi penjualan kembali atau  redemption  Manajer Investasi akan memberikan sekeranjang saham-saham yang nilainya sama dengan nilai unit penyertaan ETF yang dijual kembali. Saham-saham yang diserahkan oleh Manajer Investasi ini adalah saham-saham yang relatif sudah lama, yang basis pajaknya besar. Akibatnya pajak yang harus dibayarkan oleh pemodal untuk saham-saham yang tertinggal di portofolio relatif kecil sekali atau nihil.
Di Amerika Serikat, karena ada banyak keunggulan ETF dibanding reksadana indeks, walaupun sama-sama dikelola secara pasif, banyak Manajer Investasi yang mengelola Reksadana Indeks ( index fund ) juga telah mengkonversi reksadana indeks yang dikelolanya menjadi Reksadana Bursa (Exchange Traded Fund).
Konversi Reksadana Indeks ini ke ETF relatif lurus  (straight forward),  karena Reksadana Indeks dan Reksadana Bursa hanya berbeda dalam hal aturan legal saja. Reksadana Indeks tidak terdaftar di Bursa (tidak  listing ) sedangkan ETF diperdagangkan di Bursa.
Berbeda dengan Amerika Serikat, Reksadana Indeks (pasif) relatif masih kecil sekali (AUM-nya) di Indonesia, dan kemungkinan akan tetap kecil karena pemodal mungkin akan memilih untuk langsung beralih ke Reksadana Bursa yang sama-sama bersifat pasif (ada sebagian ETF yang bersifat aktif), tetapi dengan berbagai kelebihan dibanding reksadana konvensional.
Kelebihan Reksadana Bursa (ETF) dibanding reksadana konvensional terutama adalah bahwa Reksadana Bursa, dari namanya saja, diperdagangkan di Bursa. Jadi pemodal dapat menjual atau membeli unit penyertaan reksadana Bursa setiap saat selama jam perdagangan Bursa.
Bagi pemodal Reksadana Bursa (ETF) yang pasif, kinerja Manajer Investasi bukanlah faktor yang penting sekali untuk diperhatikan dalam memilih reksadana untuk mengelola uang investasinya. Hal ini berbeda dengan reksadana konvensional, dimana kinerja Manajer Investasi sangat menentukan aliran dana ke dalam reksadana (atau keluar reksadana kalau kinerja manajer investasi dianggap mengecewakan). Jadi, manajer investasi reksadana konvensional harus mengelola resiko likuiditas dan resiko penjualan kembali ( redemption risk ).
 Oleh : Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS