Permintaan Besar Furnitr Integra Indocabinet Jelang Akhir Tahun
Saturday, November 21, 2020       10:48 WIB

JAKARTA, investor.id - PT Integra Indocabinet Tbk (), perusahaan manufaktur furnitur terkemuka, tengah menghadapi tren permintaan produk menjelang akhir tahun dari pasar domestik maupun luar negeri. Sebab itu, kalangan analis merevisi naik target kinerja keuangan perseroan.
Analis Trimegah Sekuritas Hasbie dan Sebastian Tobing mengungkapkan, manajemen Integra menyebutkan bahwa perseroan telah menerima permintaan besar dari pasar ekspor, khususnya Amerika Serikat.
Begitu juga permintaan di pasar domestic menjelang akhir tahun ini. Peningkatan penjualan produk di pasar domestik tampaknya datang dari permintaan pemerintahan daerah menjelangakhir tahun. Apalagi, biasanya belanja pemerintahpaling besar terjadi pada kuartal terakhir setiap tahunnya.
"Dengan realisasi pertumbuhan kinerja keuangan perseroan hingga kuartal III-2020 atau selama masa pandemi Covid-19 dan ekspektasi lonjakan penjualan furniturperseroan pada kuartal IV- 2020 mendorong kami untuk merevisi naik target kinerja keuangan perseroan tahun 2020-2022," tulis Hasbie dan Sebastian dalam risetnya.
Revisi naik target kinerja keuangan Integra Indocabinet juga mempertimbangkan bahwa perseroan telah mencapai skala ekonomi untuk mempertahankan pertumbuhan ke depan.
Karena itu, pertumbuhan laba bersih perseroan diperkirakan mencapai 20% tahun depan. Target tersebut tergolong luar biasa di tengah sebagian besar perusahaan masih terimbas pandemi.
Menurut Hasbie dan Sebastian, revisi naik target kinerja keuangan tersebut juga didukung oleh cadangan lahan seluas 30 hektare (ha) yang dibeli pada 2017. Berdasarkan penilaian, jika lahan tersebut dijual, bisa mendatangkan keuntungan Rp 190-210 miliar bagi perseroan. Meski demikian, penjualan lahan tersebut kemungkinan direalisasikan setelah ekonomi pulih.
Adapun proyeksi laba bersih Integra pada 2020 dinaikkan dari Rp 240 miliar menjadi Rp 268 miliar. Begitu juga dengan proyeksi pendapatan dinaikkan dari Rp 2,45 triliun menjadi Rp 2,65 triliun. Sedangkan tahun 2019, perseroan meraih penda- patan dan laba bersih masingmasing Rp 2,13 triliun dan Rp 217 miliar.
Proyeksi laba bersih Integra pada 2021 juga dinaikkan dari Rp 304 miliar menjadi Rp 316 miliar. Perkiraan pendapatan dinaikkan dari Rp 2,99 triliun menjadi Rp 3,09 triliun. Begitu juga dengan perkiraan laba bersih perseroan tahun 2022 dinaikkan dari Rp 359 miliar menjadi Rp 365 miliar.
Estimasi pendapatan direvisi naik dari Rp 3,39 triliun menjadi Rp 3,48 triliun. Hingga kuartal III-2020, Integra membukukan peningkatan laba bersih menjadi Rp 190 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 182 miliar. Pendapatan tumbuh dariRp 1,41 triliun menjadi Rp 1,88 triliun.
"Realisasi pendapatan tersebut setara dengan 77% dari target pendapatan tahun ini yang ditetapkan Trimegah Sekuritas. Begitu juga dengan raihan laba bersih telah merefleksikan 79% dari target sepanjang tahun ini," ungkap Hasbie dan Sebastian.
Berbagai faktor tersebut mendorong Trimegah Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham dengan target harga direvisi naik dari Rp 630 menjadi Rp 820. Target harga tersebut merefleksikan perkiraan PE tahun 2021 sekitar 11,7 kali dan PBV mencapai 1,1 kali. Target harga tersebut terdiskon dibandingkan harga saham perusahaan furnitur global.
Optimistis
Sebelumnya, Presiden Direktur Integra Indocabinet Halim Rusli optimistis target pendapatan sebesar Rp 2,5 triliun hingga akhir tahun ini bakal terlampaui. Hal ini didukung oleh jumlah pemesanan yang masuk ke perseroan dan ditambah strategi penjualan yang sedang digenjot perseroan.
Target tersebut akan digapai dengan mengoptimalkan penjualan ekspor, seiring dengan peningkatan permintaan furniture dari Amerika Serikat (AS). Peningkatan permintaan tersebut dipengaruhi oleh perang dagang AS dan Tiongkok, sehingga permintaan furniture dari Tiongkok bergeser ke negara-negara lain, seperti Indonesia.
Hal ini tentu menjadi peluang bagi perseroan untuk meningkatkan porsi penjualan ekspor ke AS.
"Arahnya penjualan perseroan tetap ekspor. Kami mengikuti tren kebutuhan pasar dunia, namun demand yang besar ada dari AS, sehingga proporsi ekspor ke AS lebih besar dibandingkan negara lain, seperti di Eropa," ujar Halim dalam acara CEOT alks di BeritaSatu TV, baru-baru ini.
Ketegangan antara AS dan Tiongkok, menurut dia, membuat produk-produk komoditas, seperti furnitur, mengalami peningkatan harga jual karena ada kebijakan pemerintah AS yang menetapkan tariff 200-300% untuk barang impor dari Tiongkok, sehingga permintaan beralih ke negara lain.
Dengan optimalisasi kapasitas yang ada, permintaan produksi dari AS pun sudah dikantongi perseroan hingga Januari 2021. Halim menambahkan, pihaknya meyakini target pendapatan sepanjang tahun ini bakal terlampaui, seiring dengan peningkatan penjualan ekspor hingga kini.
"Sampai saat ini hingga Januari 2021 sales order kami sudah fully booked. Di situlah, kami punya keyakinan target kami terlampaui. Realistic growth sekitar 20%," ujarnya. Terkait keunggulan produk perseroan dibandingkan produk yang sama dari Negara lain, Halim menegaskan bahwa sumber bahan baku kayu yang melimpah dari Indonesia, sehingga pemenuhan pesanan dari segi kuantitas menjadi terjamin.
Selain itu, sumber daya manusia yang dimiliki Integra sangat banyak untuk memenuhi permintaan dan bisa menghadirkan variasi produk.
"Dua faktor ini sebagai kekuatan untuk bersaing di dunia internasional. Meski kita dari desa, tapi kualitasnya internasional," kata Halim.
Tahun ini, perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 120 miliar. Capex digunakan untuk mengoptimalisasi kapasitas produksi dengan melakukan perawatan pada mesin-mesin penunjang produksi.
Sumber : Investor Daily