Permintaan Domestik Masih Lemah, IHK Juni Diprediksi Deflasi
Tuesday, June 30, 2020       10:03 WIB

Ipotnews - Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Juni diperkirakan masih akan mengalami deflasi sekitar 0,02% dibanding bulan sebelumnya (mom), atau 1,74% (yoy), terutama karena harga transportasi dan bahan pangan yang lebih rendah.
Sementara itu, nilai tular rupiah diperkirakan akan melanjutkan penguatan ke rata-rata Rp14.000 per dolar AS pada periode Juni, dari rata-rata Rp14.700 per dolar pada Mei lalu, terutama karena penurunan nilai impor minyak yang mencapai 50%.
"Dengan inflasi yang lebih lunak dan mata uang yang stabil, kami berpandangan bahwa BI rate akan diturunkan lebih lanjut sebesar 25bp menjadi 4,0% pada rapat kebijakan berikutnya," tulis analis Tim Riset Indo Premier, Luthfi Ridho dan Desty Fauziah, dalam kesimpulan hasil kajiannya, Senin (29/6).
Mereka menilai dampak relaksasi pembatasan sosial berskala besar ( PSBB ) belum begitu berpengaruh terhadap konsumsi. Pada bulan Juni, harga hampir semua jenis barang menurun. Harga sayuran, misalnya, rata-rata lebih murah 0,04% (mom), biaya transportasi turun rata-rata 0,03% (mom), dan harga perhiasan emas turun 0,02% (mom).
"Kami berpandangan bahwa tren penurunan harga pada akhirnya disebabkan oleh membisunya dampak relaksasi PSBB dan setelah efek Festival Idul Fitri (daya beli yang lebih rendah). Menurut pandangan kami, kondisi ini bisa berbalik dalam beberapa bulan mendatang," Lutfhi dan Desty menambahkan.
Mereka menyoroti harga daging ayam yang selama bulan Juni menunjukkan pergerakan yang menarik karena naik sekitar 50% dan tetap tinggi sampai saat ini. Sejauh ini, penjelasan dari pejabat pemerintah menunjukkan bahwa kenaikan ini disebabkan oleh kurangnya pasokan karena banyak petani gulung tikar (bukti anekdotal menunjukkan sekitar 10-20% dari total petani).
"Perlu diperhatikan bahwa harga ayam berada dalam tren menurun sejak awal tahun dan mencapai Rp29 ribu per kilogram - terendah dalam 7 tahun terakhir. Bahkan selama musim Idul Fitri belum lama ini, harga ayam turun rata-rata sekitar 0,1% (mom)," ungkap Lutfhi dan Desty.
Dengan mengacu pada perkembangan tersebut, Tim Riset Indo Premier mengekspektasikan BI kemungkinan akan memotong suku bunga kebijakan sebesar 25bp menjadi 4%. Nilai tukar Rupiah diperkirakan akan terus stabil di sekitar Rp14.000 per dolar yang sebagian besar disebabkan oleh permintaan USD di dalam negeri yang lebih rendah, setelah penurunan impor minyak.
Menurut Tim Riset, risiko dari ekspektasi itu adalah jika arus modal asing berbalik arah. "Dengan inflasi yang tetap jinak dan mata uang yang stabil, kami percaya BI mungkin memiliki ruang yang lebih besar untuk menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 25bp pada rapat berikutnya. Dalam pandangan kami, kondisi ini dapat membantu mendorong kepercayaan pada periode pemulihan secara keseluruhan dan pada saat yang sama menjaga stabilitas makro." (Tim Riset Indo Premier)

Sumber : admin