Permintaan Melambat, CPO Berjangka Akhiri Penguatan Tiga Sesi Beruntun
Monday, February 10, 2025       13:49 WIB

Ipotnews - Harga minyak kelapa sawit (CPO) berjangka Malaysia diperdagangkan dalam kisaran ketat, Senin, menjelang data penting mengenai saham negara tersebut, karena permintaan yang lemah dari sejumlah pasar utama mengimbangi keuntungan dari kekhawatiran banjir dan potensi kenaikan retribusi ekspor Indonesia.
Minyak kelapa sawit acuan untuk pengiriman April di Bursa Malaysia Derivatives Exchange mengakhiri tiga sesi kenaikan berturut-turut untuk turun 7 ringgit, atau 0,16%, menjadi 4.497 ringgit (USD1.006,72) per metrik ton pada jeda tengah hari, demikian laporan  Reuters,  di Kuala Lumpur, Senin (10/2).
Harga CPO berjangka diperdagangkan sideways menjelang data Malaysian Palm Oil Board ( MPOB ) setelah kenaikan tajam, Jumat, didorong short-covering di tengah kekhawatiran atas gangguan terkait banjir di Malaysia Timur dan spekulasi bahwa Indonesia mungkin akan menaikkan retribusi ekspor minyak kelapa sawitnya, ungkap Anilkumar Bagani, Kepala Riset Sunvin Group yang berpusat di Mumbai.
Permintaan dari pasar tujuan utama tetap lesu, Bagani menambahkan.
Sementara, kontrak minyak kedelai (soyoil) Dalian yang paling aktif menguat 0,32%, sementara kontrak minyak sawitnya melambung 2,05%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun 0,74%.
Minyak sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaingnya karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Surveyor kargo akan merilis estimasi ekspor minyak sawit Malaysia untuk 1-10 Februari hari ini.
Harga minyak menguat bahkan saat investor mempertimbangkan ancaman tarif terbaru Presiden Donald Trump - kali ini pada semua impor baja dan aluminium, yang dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.
Harga minyak mentah berjangka yang lebih kuat membuat CPO menjadi pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.
Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, melemah 0,65% terhadap dolar AS, membuat komoditas tersebut lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
"Minyak sawit mungkin naik ke posisi 4.591 ringgit per metrik ton seperti yang ditunjukkan retracement analysis dan falling channel," ujar analis teknikal Reuters, Wang Tao. (ef)

Sumber : Admin