Pertanyaan-Pertanyaan Non-Finansial Tentang Perencanaan Pensiun
Monday, June 03, 2024       15:15 WIB

Pada artikel sebelumnya yang berjudul Perencanaan Pensiun (di Luar Perencanaan Keuangan), kita telah membahas bahwa perencanaan pensiun yang lengkap harus terdiri dari empat area di luar keuangan, dan satu area keuangan. Perencanaan pensiun dari area keuangan sangat penting dan tidak boleh tidak ada.
Tetapi perencanaan pensiun yang hanya memperhitungkan segi keuangan saja tidak akan lengkap tanpa melibatkan area emosional dari pensiunan. Setelah kita mengumpulkan Dana Pensiun yang cukup, wajar jika kita mulai mempertanyakan langkah berikutnya bukan?
Walau pun demikian, umumnya perencana keuangan hanya membahas perencanaan pensiun dari sudut pandang area keuangan saja. Dalam perencanaan pensiun, umumnya perencana keuangan hanya membahas tiga hal ini: (1) Kapan kita akan pensiun?, (2) Di mana kita akan pensiun?, dan (3) Berapa banyak Dana Pensiun yang harus kita kumpulkan (untuk dapat pensiun dengan nyaman).
Pada artikel kali ini, kita akan membahas 7 (tujuh) pertanyaan untuk perencanaan pensiun, dilihat dari area non-finansial. Setiap orang yang akan memasuki masa pensiun, sebaiknya telah siap dengan jawaban yang memuaskan untuk setiap pertanyaan-pertanyaan ini.
Harap diperhatikan bahwa tak satu pun pertanyaan perencanaan pensiun ini menyangkut tentang masalah keuangan. Juga, dalam pertanyaan-pertanyaan ini tidak ada jawaban yang benar atau jawaban yang salah. Pertanyaan-pertanyaan ini harus Anda jawab dengan jujur karena jawaban Anda akan menentukan kebahagiaan Anda di masa pensiun.
1. Apakah secara emosional saya telah siap untuk pensiun?
Seringkali orang hanya berpikir bahwa ia sudah siap untuk pensiun ketika ia sudah mengumpulkan Dana Pensiun yang cukup banyak untuk membiayai kehidupannya pada masa pensiun dengan nyaman. Tetapi, uang yang banyak saja tidaklah cukup untuk perencanaan pensiun yang baik.
Ada hal-hal non-finansial yang harus diperhatikan, pertama-tama ialah masalah emosional pensiunan. Setelah bekerja beberapa puluh tahun, pekerjaan seseorang telah diidentifikasi sebagai bagian dari hidupnya - dan hal ini tentu saja tidak mudah untuk ditanggalkan begitu saja.
Apakah sebagai pensiunan Anda telah siap untuk dipanggil Pak Mantan? Misalkan Anda saat ini bekerja sebagai Direktur suatu Perusahaan swasta atau BUMN , atau sebagai Dirjen dari instansi pemerintah. Tentu berat untuk meninggalkan posisi Anda saat ini, yang telah berhasil dicapai setelah perjuangan panjang menapaki karir selama puluhan tahun.
2. Apakah saya secara fisik sudah siap untuk pensiun?
Untuk dapat menikmati masa pensiun tentu saja dibutuhkan kondisi fisik yang sehat. Tetapi, percaya atau tidak, banyak orang yang memasuki masa pensiun dengan kondisi fisik yang jauh dari ideal. Bahkan terkadang orang pensiun karena alasan kondisi kesehatannya yang tidak baik.
Untuk mencapai kondisi fisik yang bugar ketika akan pensiun, seharusnya orang berolahraga yang cukup setiap hari ketika ia masih aktif bekerja. Tetapi, karena berbagai alasan, seringkali olah raga dianggap bukan sesuatu yang penting. Alasan yang utama untuk tidak berolah-raga ketika masih aktif bekerja adalah karena tidak ada waktu.
Di samping olah raga, hal lain yang harus dilakukan supaya memiliki fisik yang bugar adalah makan hanya makanan sehat setiap hari. Makan sehat artinya banyak makan sayur, menghindari  junk food , makanan/ minuman manis, menghindari makan gorengan, dan lain-lain. Dalam suatu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, ketika orang masih aktif bekerja, ia dengan mudah mengatakan bahwa ia  akan  rajin berolah-raga dan hanya makan makanan sehat saja ketika ia pensiun nanti.
Kenyataannya? Setelah pensiun, 34% responden ternyata berolah-raga lebih sedikit (jarang) dibanding ketika masih aktif bekerja, dan 12% responden mengaku makan makanan yang lebih tidak sehat dibandingkan ketika masih aktif bekerja.
3. Bagaimanakah saya akan mengisi masa pensiunku?
Jika Anda sama seperti kebanyakan orang, identitas Anda adalah pekerjaan yang Anda lakukan setiap hari. Sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaan atau profesi yang telah Anda lakukan selama beberapa dekade. Jadi, ketika Anda tiba-tiba harus pensiun, identitas Anda yang sudah terlanjur terkait dengan pekerjaan Anda pun harus ikut ditanggalkan.
Misalnya Anda bekerja di satu perusahaan swasta atau BUMN sebagai internal auditor. Kemungkinan besar, setelah pensiun dan tidak bekerja lagi, Anda akan kesulitan untuk mengisi masa pensiunmu dengan aktivitas yang serupa dengan aktivitas pada masa aktif bekerja dulu. Maka dari sini terlihat betapa pentingnya untuk memiliki minat atau ketertarikan (hobi) atas hal-hal lain di luar bidang pekerjaan Anda.
Ada banyak sekali hal di luar bidang pekerjaan yang dapat diisi oleh tiap pensiunan. Setiap orang dapat memiliki minat dan hobi yang berbeda. Jangan membatasi diri Anda dengan hanya mengisi masa pensiun dengan kegiatan tipikal pensiunan seperti jalan-jalan ( travelling ), atau bermain golf setiap hari (penulis sendiri tidak bisa bermain golf dan tidak tertarik untuk mencobanya). Ada tak terbatas kemungkinan cara mengisi masa pensiun yang dapat Anda coba.
4. Apa tujuan pensiun saya?
Banyak orang yang tidak bisa menjawab pertanyaan ini (dan merasa puas dengan jawabannya). Banyak orang yang sesungguhnya hanya bekerja untuk mendapatkan gaji, dan kemudian pensiun karena harus pensiun berdasarkan peraturan perusahaan yang ada. Jadi, sebenarnya, pada waktu mereka bekerja pun mereka tidak mempunyai tujuan ( sense of purpose ) selain mendapatkan gaji.
Ada pula orang yang pensiun karena kondisi fisiknya yang buruk dan sakit-sakitan. Atau, ia pensiun karena harus merawat orang tuanya yang sudah jompo (hal ini terjadi pada salah satu karyawati rekan kerja saya di kantor).
Sesungguhnya, ketika seseorang bekerja dengan tujuan ( purpose ) yang jelas, maka ia akan lebih produktif karena ia tahu untuk apa ia bekerja, dan jelas baginya apa yang akan diperolehnya dari pekerjaannya (bukan sekadar mendapatkan gaji karena telah mematuhi perintah atasan).
Demikian juga, pensiun dengan tujuan ( purpose ) yang jelas akan lebih produktif dibandingkan pensiun hanya karena peraturan Perusahaan mengharuskannya untuk pensiun. Misalnya, seseorang pensiun karena ingin mengembangkan bakatnya sebagai pelukis, atau untuk mengembangkan jiwa wiraswastanya ( entrepreneurship ) dalam berbisnis kuliner.
5. Apakah sasaran (goals) yang ingin saya capai pada masa pensiun ini?
Ketika kita masih bekerja, kita sudah terbiasa untuk menetapkan sasaran yang ingin kita capai dalam sekian hari, sekian minggu, atau sekian bulan. Kalau Anda masih aktif bekerja (belum pensiun), tetapi tidak pernah menetapkan suatu sasaran tertentu atas pekerjaan Anda, sekarang mulailah menetapkan sasaran itu. Setidaknya untuk diri Anda sendiri, walau pun Anda bukanlah pimpinan atas suatu project yang sedang dikerjakan.
Mengapa? Dengan menetapkan sasaran ( goals ) yang ingin dicapai, maka kita akan (1) Memiliki arah yang jelas ( sense of direction ) atas apa yang sedang dikerjakan, (2) Dapat melihat gambaran yang luas ( see the big picture ) atas apa yang sedang dikerjakan, dan (3) Memiliki kendali atas masa depan ( control of the future ).
6. Dengan siapa saya akan paling sering berinteraksi?
Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia tidak bisa hidup menyendiri selamanya. Hal ini makin penting ketika seseorang memasuki usia pensiun. Pada masa pensiun, orang yang ada di sekitar kita - dimana kita dapat merayakan saat-saat paling menggembirakan dalam hidup kita, atau dengan siapa kita akan melewatkan saat-saat terberat dalam hidup kita - telah semakin sedikit.
Mungkin teman-teman masa kecil kita telah berpindah tempat tinggal ke kota lain, mungkin pula beberapa di antaranya telah meninggal dunia. Sementara itu, umumnya tidak mudah bagi pensiunan untuk mencari teman baru yang memiliki banyak minat, hobi, aktivitas, bahkan pola makan dan pola olah raga yang sama.
Mengingat bahwa interaksi sosial sangat penting untuk orang yang telah atau akan pensiun, maka satu pertanyaan penting yang harus dijawab oleh diri kita sebelum kita memasuki masa pensiun adalah: dengan siapa kita akan paling sering berinteraksi ketika pensiun nanti?
Penting untuk diketahui bahwa makin besar lingkup aktivitas sosial Anda, akan semakin bahagia hidup Anda pada masa pensiun nanti. Lingkup aktivitas sosial yang besar artinya Anda tidak membeda-bedakan pergaulan sosial Anda hanya untuk kelas sosial yang sama dengan Anda. Dengan memiliki lingkup aktivitas sosial yang besar, Anda akan lebih aktif sekali pun Anda telah pensiun, dan kehidupan emosi Anda pun akan lebih baik.
7. Apakah tantangan terbesar yang harus saya Atasi dalam masa pensiun?
Masa pensiun adalah masa transisi dalam hidup Anda, menuju kehidupan yang lebih baik, atau pun menuju kehidupan yang lebih buruk, jika Anda tidak membuat perencanaan pensiun yang baik. Perencanaan pensiun yang baik, bukan hanya perencanaan dari area keuangan ( finance ) saja, tetapi juga perencanaan pensiun untuk area-area non-finansial, yaitu: pertumbuhan ( growth ), komunitas ( community ), kesehatan ( health ), dan memberi kembali ( giving back ).
Perencanaan keuangan dari segi keuangan memang penting dan harus ada. Walau pun demikian, perencanaan pensiun tidak hanya terdiri atas aspek perencanaan keuangan ( finance ) saja, tetapi juga perencanaan untuk aspek-aspek non-finansial.
Dari lima area perencanaan pensiun itu (1).  finance , (2).  growth , (3).  community , (4).  health , dan (5).  giving back , akan ada area yang membutuhkan perhatian lebih besar dari Anda. Mungkin Anda sudah merencanakan masa pensiun Anda sejak lama, dan karenanya dari segi keuangan ( finance ) Dana Pensiun yang sudah berhasil Anda kumpulkan telah mencukupi untuk menjamin kehidupan di masa pensiun yang nyaman.
Tetapi, mungkin dari segi kesehatan ( health ) Anda termasuk kurang beruntung karena Anda memasuki masa pensiun dengan kondisi kesehatan yang tidak prima. Dalam hal ini, tantangan terbesar yang harus Anda atasi dalam masa pensiunmu adalah area kesehatan ( health ).
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA  

Sumber : IPS