Ipotnews - Prospek perekonomian Amerika Serikat yang masih kuat, membuat kurs rupiah tetap berada dalam tekanan terhadap dolar pada siang ini.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu (27/3) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan di level Rp15.849 per dolar AS, melemah 57 poin atau 0,35% apabila dibandingkan Selasa sore (26/3) yang ditutup di level Rp15.792 per dolar AS.
Ekonom Senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto mengatakan nilai tukar rupiah kemarin sedikit mengalami apresiasi sebesar 0,1% dan ditutup pada level 15.792 per dolar AS, meski sempat berfluktuasi menembus Rp15.800 per dolar AS.
"Beberapa mata uang beberapa negara ASEAN juga terapresiasi kemarin, antara lain ringgit Malaysia dan peso Filipina, yang menguat masing-masing sebesar 0,1%. Selain itu baht Thailand terapresiasi 0,3%," kata Rully dalam keterangan tertulis, hari ini.
Namun demikian, Rully menilai Indeks dolar AS saat ini masih dalam posisi yang cukup kuat di atas level 104 karena belum ada kepastian kapan the Fed menurunkan suku bunga acuan. "Ditambah lagi kondisi dan prospek ekonomi AS yang cukup baik," ujar Rully.
Rully menilai koreksi yang terjadi pada rupiah akhir - akhir ini merupakan koreksi karena tidak ada permasalahan fundamental ekonomi Indonesia. "Melainkan karena justru prospek ekonomi AS yang masih cukup baik," pungkas Rully.
Proyeksi tersebut dicatat dalam summary of economic projection dari the Fed yang dirilis pada rapat terakhir bulan ini. The Fed menaikkan proyeksi pertumbuhan PDB AS 2024 menjadi 2,1% dari 1,4%. Untuk 2025, The Fed menaikkan proyeksi dari 1,8% menjadi 2%.
Tadi malam, data penjualan barang tahan lama AS untuk Februari 2024 naik 1,4% dibandingkan dengan perkiraan 1,1% dan - 6,9% bulan lalu.
Selain itu, the Fed tidak memperkirakan akan menurunkan suku bunga sampai mereka memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%.
(Adhitya)

Sumber : admin